PENINGKATAN
HASIL BELAJAR SISWA KELAS V
TENTANG
MEMAHAMI SIFAT-SIFAT CAHAYA
MELALUI METODE
DEMONSTRASI
PADA MATA
PELAJARAN IPA SEMESTER 2
DI SDN ................
................ ................
TAHUN PELAJARAN ................
................
................ : ................
ABSTRAK
Penelitian
ini bertujuan untuk mengukur serta melakukan perbaikan belajar siswa pada
materi pokok cahaya dan sifat-sifatnya mata pelajaran IPA kelas V di SD Negeri ................,
Kecamatan ................, Kabupaten ................. Dari penelitian yang
telah dilakukan yaitu dengan menggunaan metode demonstrasi. Dengan menggunakan
metode tersebut pembelajaran dapat berjalan secara aktif, kreatif, serta
menyenangkan sesuai dengan prinsip pembelajaran (PAKEM), minat serta keaktifan
siswa mengikuti pembelajaran dapat meningkat dan sangat memuaskan sesuai dengan
tujuan kompetensi yang diharapkan. Dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa
meningkat setelah melalui beberapa proses perbaikan dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran mulai dari kegiatan Prasiklus, Siklus 1, dan Siklus 2. Dari
pengumpulan data yang diperoleh dalam pembelajaran prasiklus hanya 20% siswa
yang tuntas belajar, siklus 1 meningkat menjadi 55% siswa yang mampu tuntas
belajar, sedangkan pada hasil pengumpulan data siklus 2 diketahui bahwa 100%
siswa tuntas belajar. Dengan data-data tersebut maka peneliti merasa bahwa
penelitian yang dilaksanakan ini berhasil dan sesuai dengan harapan.
Kata Kunci
: Peningkatan hasil belajar, cahaya dan
sifat-sifatnya, metode demonstrasi.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
1. Identifikasi
Masalah
Indonesia adalah Negara yang sangat dikenal sebagai Negara
yang memiliki berbagai macam keragaman, baik dari segi Sumber Daya Alam (SDA)
maupun dari segi Sumber Daya Manusia (SDM). Untuk dapat menjadi Negara yang
maju dan mampu bersaing Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi hal yang paling
diperhatikan. Supaya menjadi SDM yang berkualitas, pendidikan adalah hal yang
diutamakan. Demikian halnya Indonesia menaruh harapan besar terhadap pendidik
dalam perkembangan masa depan bangsa ini, karena dari sanalah tunas muda
harapan bangsa sebagai generasi penerus dibentuk. Meski diakui bahwa pendidikan
adalah investasi besar jangka panjang yang harus ditata, disiapkan dan
diberikan sarana maupun prasarananya dalam arti modal material yang cukup
besar, tetapi sampai saat ini Indonesia masih berkutat pada problemmatika
(permasalahan) klasik dalam hal ini yaitu kualitas pendidikan.
Problematika ini setelah dicoba untuk dicari akar
permasalahannya adalah bagaikan sebuah mata rantai yang melingkar dan tidak
tahu darimana mesti harus diawali. Terkait dengan mutu pendidikan khususnya
pendidikan pada jenjang Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) sampai
saat ini masih jauh dari apa yang kita harapkan. Betapa kita masih ingat dengan
hangat akan standarisasi Ujian Akhir Sekolah (UAS) dengan nilai masing-masing
mata pelajaran 4,50 dikeluhkan oleh semua para pendidik
bahkan oleh orang-orang tua siswa sendiri, karena anak atau siswanya tidak
dapat lulus. Hal yang sebenarnya tidak perlu terjadi.
Keberagaman
jenis kepribadian, sifat, bahkan kondisi sosial
ekonomi pada siswa atau lingkungan keluarga seharusnya tidak menjadi penyebab terjadinya masalah dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Seorang guru harus
mampu menguasai materi pembelajaran sekaligus mampu memadukannya dengan
cara-cara mengajar yaitu dalam merancang, melaksanakan dan mengevaluasi proses
dan hasil pembelajaran. Oleh sebab itu sebagai pengajar atau Guru dituntut
untuk memiliki kreatifitas dan inovasi dalam melakukan sebuah pembelajaran
supaya pelaksanaan pembelajaran yang Produktif, Aktif, kreatif, dan
menyenangkan dapat tercapai.
2. Analisis Masalah
Dari berbagai masalah atau kesulitan dalam pelaksanaan
pembelajaran khususnya pada
siswa didik kami kelas V SDN ................, Kecamatan ................,
Kabupaten ................. Dalam penyampaian pembelajaran seringkali Guru
menghadapi masalah. Dalam pembelajaran IPA yang kami
laksanakan pada kelas V SDN ................, siswa terlihat kurang bersemangat
dan pasif dalam menanggapi materi yang kami sampaikan. Dari
20 siswa kelas 5 yang menjadi penelitian kami, hanya 4 siswa yang dapat
memenuhi Kriteria Ketuntasan Mi................al (KKM). Dari data tersebut
dapat disimpulkan bahwa hanya 20% siswa yang mampu memahami atau yang tuntas belajar
dalam materi “Cahaya dan sifat-sifatnya” yang kami sampaikan.
3. Alternatif dan prioritas pemecahan masalah
Dengan hal
tersebut maka perbaikan dalam pembelajaran harus
kami lakukan pada siswa kami kelas V SDN ................, Kecamatan ................,
Kabupaten ................. kami menyadari bahwa Guru diharuskan benar-benar kretif dalam menyampaikan pembelajaran serta mencari metode penyampaian materi yang lebih bervariasi.. Maka dari itu
kami sebagai Guru terus berupaya untuk menciptakan kondisi yang menyenangkan
bagi siswa, serta melakukan metode-metode yang beraneka ragam untuk terus
membangkitkan motivasi siswa. Salah
satunya yaitu dengan penggunaan alat bantu yang bertujuan
untuk membangkitkan
motivasi siswa untuk belajar. Dengan harapan agar siswa dapat lebih aktif dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran
sehingga dapat berprestasi
dan hasil belajar siswa dapat terus meningkat. Melihat kondisi rendahnya prestasi atau hasil belajar siswa
tersebut beberapa upaya dilakukan salah satunya adalah pemberian tugas
kepada siswa selain itu dengan pembelajaran dengan metode demonstrasi serta penggunaan
Alat peraga diharapkan siswa dapat meningkatkan
aktifitas belajarnya, sehingga terjadi pengulangan dan penguatan terhadap
meteri yang diberikan di sekolah dengan harapan siswa mampu meningkatkan hasil
belajar dan prestasi siswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaimana tersebut
didepan, maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah :
Apakah pembelajaran dengan metode demonstrasi dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN ................?
Bagaimana cara untuk membangkitkan minat siswa dalam
mengikuti dan menyimak pembelajaran yang disampaikan?
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Berikut adalah tujuan penelitian dari
rumusan masalah dalam penelitian ini:
1. Untuk memberi dan menumbuhkan motivasi siswa dalam mengikuti dan menyimak pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang disampaikan oleh Guru.
2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui metode demonstrasi dengan menggunakan alat peraga dalam pembelajaran khususnya untuk siswa
kelas V SDN ................, Kecamatan ................, Kabupaten .................
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Dari Penelitian
yang kami tulis ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
a. Lembaga atau Sekolah
Dengan hasil
penelitian ini diharapkan SDN ................ dapat lebih meningkatkan kualitas pembelajaran agar prestasi
belajar siswa lebih baik dan perlu dicoba untuk diterapkan pada pelajaran lain.
b. Guru
Sebagai bahan
masukan guru tentang
alternatif pembelajaran yang bisa digunakan dalam meningkatkan mutu pendidikan di
kelasnya.
c. Siswa
siswa lebih
aktif, kreatif untuk meningkatkan hasil belajarnya dengan cara membangun
pikirannya sendiri dalam rangka
meningkatkan prestasi belajarnya.
KAJIAN
PUSTAKA
A. Kajian Teori
Telah banyak penelitian yang
berkaitan dengan karakteristik kepribadian dan performasi calon guru dilakukan.
Namun bukti yang berkaitan dengan sifat hubungan ini masih belum jelas. Para
ahli psikologi yang tertarik dengan penelitian karakteristik kepribadian,
motivasi, dan prilaku manusia, percaya bahwa motivasi memberikan ragam dalam
intensitas prilaku manusia, serta arah terhadap prilaku tersebut.
Kebutuhan penelitian yang
berhubungan dengan motivasi dalam dunia pendidikan guru telah diidentifikasi
oleh Turner sejak tahun 1975 yang menyatakan bahwa: …Studies probe more deeply into the motivational basis ... [of student
teachers] are needed. An efficient professional training system is one which
invest substantial fund in the training ... [of] ... the least ... motivated
candidates. A more efficient system would devote more intense and systematic
training of the most talented and well motivated aspirants (hal.108-109).
Pentingnya kebutuhan tersebut juga
telah dibahas oleh Howson (1976) dalam laporan The Bicentennial Commission on Education for the Profession of Teaching,
yang menyatakan bahwa "society now demands
a new breed of teachers – a well prepared, high motivated professional".
Teori motivasi Maslow (1954)
menyatakan bahwa: An attempt to formulate a positive theory of motivation which
will satisfy theoretical
demands [while] confirming to known facts (about human behavior),
clinical and observational, as
well as experimental .
Teori yang digambarkan oleh Maslow
tersebut memfokuskan pada 5 tingkatan kebutuhan (needs). Kebutuhan tersebut
menggambarkan suatu kekuatan di belakang prilaku manusia; dan tingkat kebutuhan
seseorang akan berbeda tergantung kepada individu masing-masing yang memerlukan
kebutuhan itu. Kelima kebutuhan yang diungkapkan oleh Maslow tersebut adalah
kebutuhan dasar (fisiologis), rasa aman (emosional), rasa memiliki (sosial),
status-ego (personal), dan aktualisasi diri (personality). Menurut Maslow,
suatu kebutuhan hanya dapat dipuaskan bila kebutuhan yang pada tingkatan yang
lebih rendah telah terpenuhi, yang diatur dalam suatu hirarki yang disebut
prepotensi. Misalnya, seseorang tak akan berhasil memenuhi kebutuhan
aktualisasi diri (pengembangan diri) bila taraf pertama yang paling
fundamental, yakni kebutuhan fisiologis (seperti makanan, minuman, dan sandang)
tidak terpenuhi. Kebutuhan tersebut harus dapat dicapai agar
kebutuhan-kebutuhan individu lainnya dapat dipuaskan, dan dimulai dari
kebutuhan dasar (fisiologis).
Teori Maslow telah banyak digunakan
secara luas dalam dunia industri untuk menunjukkan adanya hubungan antara
pekerja dengan performansi kerja (Robert, 1972). Wamer (1978) juga telah
melakukan penelitian tentang hubungan antara mahasiswa calon guru dalam hubungannya
dengan praktek mengajar. Hasil penelitian Wamer menunjukkan bahwa ada hubungan
yang logis antara hirarki kebutuhan Maslow, sikap kependidikan, dan konsep diri
mahasiswa.
Para ahli psikologi menyatakan
tentang adanya dua variabel sikap, yaitu: (a) sikap terhadap mengajar (Young,
1973), dan (b) konsep diri (Le Benne dan Gresene, 1965) yang secara erat dapat
disatukan dengan motivasi; dengan asumsi bahwa variabel sikap bukan hanya
memiliki kualitas motivasi yang dapat tumbuh dan mengatur prilaku, tetapi juga
memberikan arah terhadap prilaku individu.
Aspek motivasi dari sikap dinyatakan
oleh Young (1973): As primary
motives (attitudes) arouse
behavior; they sustain or terminate an activity and progress, they regulate and organize behavior
... and they lead to the acquisition of motives, stable
dispositions to act.
Pernyataan tersebut menggambarkan
bagaimana sikap dapat membangkitkan,mengatur dan mengorganisasikan prilaku
individu terhadap sekumpulan objek. Walau pun hubungan antara sikap dan prilaku
tidak secara mudah dapat diidentifikasi, namun fungsi sikap dapat masuk dan
menentukan prilaku manusia. Menurut Peak (1955), sikap memiliki "the effect emphasizing
objects ... with the result that their
probability of activation and of choice and selection is increased". Dengan kata lain, sikap dapat mengatur apakah
seseorang dapat menerima atau menolak terhadap rangsangan suatu objek, misalnya
perasaan suka dan tidak suka, menyenangkan atau tidak menyenangkan.
Kesimpulannya, sikap terhadap suatu objek dapat mempengaruhi pilihan seseorang
terhadap objek tersebut, dan oleh karena itu dapat menentukan arah yang akan
diambil oleh individu yang bersangkutan.
B. Pengertian Metode
Pengertian metode menurut Santoso, ( 2006 ; 2.26) adalah
cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna
mencapai tujuan yang ditentukan.
Bertitik tolak dari pendapat ini, maka metode khususnya
dalam pembelajaran memainkan peranan yang cukup penting guna mencapai tujuan
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran penerapan suatu metode pembelajaran
adalah sesuatu yang harus dilakukan guru, dengan metode yang tepat proses
pembelajaran akan berlangsung secara optimal. Tidak jarang dalam proses
pembelajaran guru menggunakan beberapa metode pembelajaran yang berbeda, tentu
penggunaan metode yang berbeda tersebut sangat tergantung dari karakteristik
siswa dan materi pembelajaran.
Wahyudi (2007 ; 9.22), mengatakan upaya menggunakan metode
secara kombinasi, pada saat guru sedang mengajar adalah penting dikembangkan.
Salah satu metode pembelajaran yang cukup dikenal guru adalah metode
demonstrasi.
Menurut pendapat Winataputra, dkk. (2000 : 4.24) mengatakan,
metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang menyajikan bahan pelajaran
dengan mempertunjukan secara langsung objeknya atau caranya melakukan susuatu
untuk mempertunjukan proses tertentu.
Metode demonstrasi dapat menggiring siswa kedalam proses
pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) yang sangat
dianjurkan untuk digunakan dalam proses pembelajaran modern di era globalisasi
seperti sekarang ini. Dengan metode demonstrasi siswa dapat terlibat secara
langsung dalam pembelajaran, karena dalam pelaksanaannya guru selalu
mencontohkan, menunjukkan, bahkan menirukan cara kerja suatu perangkat media
pembelajaran.
Kata metode berasal dari bahasa latin “methodos“ yang
berarti jalan yang harus dilalui. Menurut Nana Sudjana (2002 : 260) “Metode
adalah cara yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada
saat berlangsungnya pelajaran, oleh karena itu peranan metode pengajaran
sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar“ Sedangkan menurut
Sukartiaso (dalam Moedjiono dan Dimyati 1995 :45) “Metode adalah cara untuk
melakukan sesuatu atau cara untuk mencapai suatu tujuan”.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.Dalam kegiatan pembelajaran, metode sangat diperlukan oleh guru
untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.
C.
Pengertian Metode Demonstrasi
1.
Pengertian Metode Demonstrasi
Kegiatan belajar mengajar akan lebih bersemangat apabila
seorang guru dapat menggunakan metode yang menarik dan bervariasi dalam
mengajar.
Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan
memperagakan atau mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses, situasi
atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun
dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang
ahli dalam topik bahasan (Mulyani Sumantri, dalam Roetiyah 2001 : 82).
Pendapat lain menyatakan bahwa metode demonstrasi adalah
cara mengajar dimana seorang instruktur atau tim guru menunjukkan,
memperlihatkan suatu proses (Roestiyah N. K 2001 : 83).
Menurut Udin S. Wianat Putra, dkk (2004 : 424) “Metode
demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan mempertunjukkan secara
langsung objek atau cara melakukan sesuatu untuk memperunjukkan proses
tertentu“.
Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah (2000 : 54) :
“Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan suatu
proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran“.
Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
metode demonstrasi menurut penulis adalah cara penyajian pelajaran dengan
memperagakan secara langsung proses terjadinya sesuatu yang disertai dengan
penjelasan lisan.
2. Keunggulan
Metode Demonstrasi
Keunggulan Metode Demonstrasi Menurut Elizar (1996 : 45),
keunggulan dari metode demonstrasi adalah kemungkinan siswa mendapat kesalahan
lebih kecil, sebab siswa mendapatkan langsung dari hasil pengamatan kemudian
siswa memperoleh pengalaman langsung, siswa dapat memusatkan perhatiannya pada
hal-hal yang dianggap penting, bila melihat hal-hal yang membuat keraguan,
siswa dapat bertanya langsung pada guru.
Sedangkan menurut M. Basyiruddin Usman (2002 : 46)
menyatakan bahwa keunggulan dari metode demonstrasi adalah perhatian siswa akan
dapat terpusat sepenuhnya pada pokok bahasan yang akan didemonstrasikan,
memberikan pengalaman praktis yang dapat membentuk ingatan yang kuat dan
keterampilan dalam berbuat, menghindarkan kesalahan siswa dalam mengambil suatu
kesimpulan, karena siswa mengamati secara langsung jalannya demonstrasi yang
dilakukan.
Adapun menurut Syaiful Bahri Djamarah (2000 : 56) menyatakan
bahwa keunggulan metode demonstrasi adalah membantu anak didik memahami dengan
jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu kegiatan pembelajaran, memudahkan
berbagai jenis penjelasan, kesalahan- kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah
dapat diperbaiki melalui pengamatan dan contoh konkret dengan menghadirkan
objek sebenarnya.
Dari ketiga pendapat di atas dapat penulis ambil kesimpulan
bahwa keunggulan metode demonstrasi adalah siswa dapat memusatkan perhatiannya
pada pokok bahasan yang akan didemonstrasikan, siswa memperoleh pengalaman yang
dapat membentuk ingatan yang kuat, siswa terhindar dari kesalahan dalam
mengambil suatu kesimpulan, pertanyaan-pertanyaan yang timbul dapat dijawab
sendiri oleh siswa pada saat dilaksanakannya demonstrasi, apabila terjadi
keraguan siswa dapat menanyakan secara langsung kepada guru, kesalahan yang
terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki karena siswa langsung diberikan
contoh konkretnya.
3. Kelemahan
Metode Demonstrasi
Kelemahan metode Demonstrasi Walaupun memiliki beberapa
kelebihan, namun metode demonstrasi ini juga memiliki beberapa
kelemahan-kelemahan.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2000 : 57), ada beberapa kelemahan
metode demonstrasi yaitu anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda
yang akan dipertunjukkan, tidak semua benda dapat didemonstrasikan, sukar
dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang
didemonstrasikan.
Dari pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa
kelemahan metode demonstrasi adalah tidak semua benda dan materi pembelajaran
yang bisa didemonstrasikan dan metode ini tidak efektif bila tidak ditunjang
oleh keterampilan guru secara khusus.
Meskipun metode ini memiliki banyak kelemahan-kelemahan,
penulis melihat metode ini sangat bagus sekali apabila diterapkan dalam
pembelajaran bernyanyi, karena siswa tidak hanya mendengarkan penjelasan guru
mengenai cara bernyanyi, tetapi siswa juga dapat langsung mempraktekkan
kegiatan bernyanyi yang dipelajari. Hal ini akan menghilangkan kejenuhan siswa
dalam kegiatan belajar mengajar.
Agar pelaksanaan metode demonstrasi berjalan baik, alangkah
baiknya guru memperhatikan hal-hal berikut :
1)
rumuskan tujuan instruksional yang
dapat dicapai oleh siswa,
2)
susun langkah-langkah yang akan
dilakukan dengan demonstrasi secara teratur sesuai dengan skenario yang
direncanakan,
3)
persiapkan peralatan atau bahan yang
dibutuhkan sebelum demonstrasi dimulai dan atur sesuai skenario yang
direncanakan,
4)
teliti terlebih dahulu alat dan
bahan yang akan digunakan agar demonstrasi berhasil dilakukan,
5)
perhitungkan waktu yang dibutuhkan
sehingga kita dapat memberikan keterangan dari siswa bisa mengajukan pertanyaan
apabila ada keraguan.
Selama
demonstrasi berlangsung hendaknya guru memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1)
apakah demonstrasi dapat diikuti
oleh setiap siswa,
2)
apakah demonstrasi yang dilakukan
sesuai dengan tujuan yang telah dilakukan,
3)
apakah keterangan yang diberikan
dapat didengarkan dan dipahami oleh siswa,
4)
apakah siswa telah diberikan
petunjuk mengenai hal-hal yang perlu dicatat,
5)
apakah waktu yang tersedia dapat
digunakan secara efektif dan efisien.
4. Langkah-langkah
metode Demontrasi
Untuk
melaksanakan metode demonstrasi yang baik atau efektif, ada beberapa langkah
yang harus dipahami dan digunakan oleh guru, yang terdiri dari perencanaan, uji
coba dan pelaksanaan oleh guru lalu diikuti oleh murid dan diakhiri dengan
adanya evaluasi (J.J Hasibuan dan Mujiono,1993:31).
Adapun
langkah tersebut adalah sebagai berikut:
a. Merumuskan dengan
jelas kecakapan dan atau keterampilan apa yang diharapkan dicapai oleh siswa
sesudah demonstrasi itu dilakukan.
b. Mempertimbangkan
dengan sungguh-sungguh, apakah metode itu wajar dipergunakan, dan apakah ia
merupakan metode yang paling efektif untuk mencapai tujuan yang dirumuskan.
c. Alat-alat yang
diperlukan untuk demonstrasi itu bisa didapat dengan mudah, dan sudah dicoba
terlebih dahulu supaya waktu diadakan demonstrasi tidak gagal.
d. Jumlah siswa
memungkinkan untuk diadakan demonstrasi dengan jelas.
e. Menetapkan
garis-garis besar langkah-langkah yang akan dilaksanakan, sebaiknya sebelum
demonstrasi dilakukan, sudah dicoba terlebih dahulu supaya tidak gagal pada
waktunya.
f. Memperhitungkan
waktu yang dibutuhkan, apakah tersedia waktu untuk memberi kesempatan kepada
siswa mengajukan pertanyaan- pertanyaan dan komentar selama dan sesudah
demonstrasi.
g. Selama
demonstrasi berlangsung, hal-hal yang harus diperhatikan:
1)
Keterangan-keterangan dapat didengar dengan jelas oleh siswa.
2) Alat-alat telah ditempatkan pada posisi yang baik,
sehingga setiap siswa dapat melihat dengan jelas.
3) Telah disarankan kepada siswa untuk membuat
catatan-catatan seperlunya.
h. Menetapkan
rencana untuk menilai kemajuan siswa.
Sering
perlu diadakan diskusi sesudah demonstrasi berlangsung atau siswa mencoba
melakukan demonstrasi. Setelah perencanaan-perencanaan telah tersusun sebaiknya
diadakan uji coba terlebih dahulu agar penerapannya dapat dilaksanakan dengan
efektif dan tercapai tujuan belajar mengajar yang telah ditentukan dengan
mengadakan uji coba dapat diketahui kekurangan dan kesalahan praktek secara
lebih dini dan dapat peluang untuk memperbaiki dan menyempurnakannya.
Langkah
selanjutnya dari metode ini adalah realisasinya yaitu saat guru memperagakan
atau mempertunjukkan suatu proses atau cara melakukan sesuatu sesuai materi
yang diajarkan. Kemudian siswa disuruh untuk mengikuti atau mempertunjukkan
kembali apa yang telah dilakukan guru.
Dengan
demikian unsur-unsur manusiawi siswa dapat dilibatkan baik emosi, intelegensi,
tingkah laku serta indera mereka, pengalaman langsung itu memperjelas
pengertian yang ditangkapnya dan memperkuat daya ingatnya mengetahui apa yang
dipelajarinya.
Untuk
mengetahui sejauhmana hasil yang dicapai dari penggunaan metode demonstrasi
tersebut diadakan evaluasi dengan cara menyuruh murid mendemonstrasikan apa
yang telah didemonstrasikan atau dipraktekkan guru.
Pada
hakikatnya, semua metode itu baik. Tidak ada yang paling baik dan paling
efektif, karena hal itu tergantung kepada penempatan dan penggunaan metode
terhadap materi yang sedang dibahas. Yang paling penting, guru mengetahui
kelebihan dan kekurangan metode-metode tersebut.
Metode
demonstrasi ini tepat digunakan apabila bertujuan untuk: Memberikan keterampilan
tertentu, memudahkan berbagai jenis penjelasan sebab penggunaan bahasa lebih
terbatas, menghindari verbalisme, membantu anak dalam memahami dengan jelas
jalannya suatu proses dengan penuh perhatian sebab lebih menarik.
(Zuhairini,1983:94:95).
D. Karakteristik IPA di SD
Dalam
perkembangannya usia anak sangat menentukan dalam mental dan proses berpikir
anak untuk memahami serta melakukan tindakan dengan apa yang telah
dipelajarinya. Dalam teorinya Jean Piaget menyebutkan kurang lebih ada empat
tahapan dalam perkembangan anak. Diantaranya tahap Sensori motor,
Pre-operasional, Konkret Operasional, serta Formal Operasional. Pada tahap
Konkret Operasional berawal pada anak usia 7 tahun dan berakhir pada usia 11
tahun. Anak kelas 5 SD bisa dogolongkan kedalam tahap Konkret Operasional. Pada
tahap ini ciri pola berfikir anak adalah dapat melakukan konservasi logika
tentang kelas dan hubungan pengetahuan tentang angka berpikir terkait dengan
yang nyata.
Dari
pendapat tersebut bisa dikatakan bahwa tahap berpikir anak kelas 5 SD yang
rata-rata masih berusia antara 10-11 tahun dalam proses berpikirnya masih
terbatas dengan hal apa yang dilihatnya. Dalam usia dalam tahapan tersebut anak
belum dapat melakukan pemikiran yang bersifat proporsional untuk melakukan hipotesis.
Dari beberapa hal dasar tersebut maka penelitian tentang pembelajaran IPA di SDN
................ Kecamatan ................, Kabupaten ................ kami
lakukan.
E. Kajian
tentang Alat Peraga
1. Pengertian Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan salah
satu komponen penting dalam proses belajar mengajar. Penggunaannya sangat
dianjurkan agar proses belajar mengajar antara guru dan murid tidak
membosankan, serta dapat merangsang keaktifan, minat dan kreativitas siswa. Dengan
demikian, kreatifitas guru dalam memanfaatkan media pembelajaran akan sangat
dominan pengaruhnya untuk mewujudkan keaktifan, minat, dan kreativitas siswa
tersebut.
Menurut Heinich (dalam Winataputra,
1997), media berasal dari bahasa latin, merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang secara harfiah berarti
perantara (between) yaitu perantara sumber pesan (source) dengan penerima pesan
(receiver). Sebagai perantara media pengajaran mencakup dua unsur, yaitu unsur
perangkat keras atau peralatan (hard ware) dan unsur pesan (message) atau
perangkat lunak (soft ware).
Senada dengan itu, Soeparno (1988)
mengemukakan bahwa media adalah suatu alat yang dipakai sebagai saluran
(channel) untuk menyampaikan suatu pesan (message) atau informasi dari suatu
sumber (resource) kepada penerimanya (receiver). Dalam dunia pengajaran, pada
umumnya pesan atau informasi tersebut berasal dari sumber informasi, yakni
guru; sedangkan sebagai penerima informasinya adalah siswa. Pesan atau
informasi yang dikomunikasikan tersebut berupa sejumlah kemampuan yang perlu
dikuasai oleh para siswa.
Masih banyak batasan yang diberikan
orang tentang media. Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association
of Education and Commonication Technology/AECT) di Amerika misalnya, membatasi
media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan
pesan/informasi. Gagne (1970 dalam Sadiman, 1986) menyatakan bahwa media adalah
berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk
belajar. Sementara itu Briggs (1970 dalam Sadiman, 1986) berpendapat bahwa
media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang
siswa untuk belajar. Buku, film, kaset, film bingkai adalah contoh-contohnya.
Agak berbeda dengan itu semua adalah
batasan yang diberikan oleh Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education
Association/NEA). Dikatakan bahwa media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik
tercetak maupun audio visual serta peralatannya. Media hendaknya dapat
dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan dibaca (Sadiman, 1986). Informasi
atau bahan ajar yang akan disampaikan kepada siswa menggunakan sarana atau
peralatan yang digunakan untuk menyajikan pesan/bahan ajar tersebut kepada
siswa. Jadi media pengajaran adalah sarana atau alat bantu perantara yang
digunakan guru atau siswa dalam proses belajar mengajar untuk menyalurkan
pesan/informasi pembelajaran dari sumber pesan ke penerima pesan yang dapat
merangsang pikiran, perasaan dan kemauan siswa serta mencegah vebalisme
sehingga mempertinggi efektifitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan.
Dari beberapa definisi media
pengajaran di atas, maka dapat ditegaskan pula bahwa media pengajaran adalah
segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (message) atau
informasi dari suatu sumber (resource) atau pengirim kepada penerimanya
(receiver) sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, dan minat serta
perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar yang efektif terjadi.
2. Manfaat Media Pembelajaran
Secara umum media pembelajaran mempunyai
manfaat atau kegunaan-kegunaan sebagai berikut ini:
1) Memperjelas penyajian pesan agar
tidak terlalu bersifat verbalistik (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan
belaka).
2)
Mengatasi
keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti misalnya:
a)
objek yang
terlalu besar bisa digantikan dengan realita, gambar, film bingkai, film atau
model;
b)
objek yang
kecil dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film atau gambar;
c)
gerak yang
terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu dengan timelapse atau high-sped
photo-graphy;
d)
kejadian
atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman
film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal;
e)
objek yang
terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram, dan
lain-lain; dan
f)
konsep yang
terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain) dapat
divisualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar, dan lain-lain.
3) Dengan menggunakan media pembelajaran secara
tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media
pembelajaran bermanfaat untuk:
a)
me................bulkan
kegairahan belajar;
b)
memungkinkan
interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan
kenyataan;
c)
memungkinkan
anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.
4) Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah
lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan
materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru akan banyak
mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Apalagi latar
belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi
dengan media pembelajaran, yaitu dengan kemampuannya dalam:
a) memberikan
perangsang yang sama.
b) mempersamakan
pengalaman.
c) me................bulkan
persepsi yang sama.
3. Media,
Alat Pelajaran, dan Alat Peraga
Media pengajaran berbeda dengan alat
pelajaran maupun dengan alat peraga. Alat pelajaran adalah alat yang dipakai
untuk menunjang berlangsungnya proses belajar mengajar. Jadi, merupakan
peralatan yang semata-mata dipandang dari segi hardware-nya saja. Dengan kata
lain dapat disebutkan, alat pelajaran adalah hardware (perangkat keras) yang
belum diisi program atau memang tidak dapat diisi program. Papan tulis yang
masih bersih merupakan alat pelajaran yang belum diisi suatu program, sedangkan
kapur tulis dan penghapus papan tulis merupakan alat pelajaran yang memang
tidak dapat diisi suatu program. Dengan demikian, papan tulis yang masih
bersih, kapur tulis, dan penghapus papan tulis tersebut bukan media pengajaran,
melainkan sebagai alat pelajaran saja, sebab alat-alat tersebut tidak dapat
diisi program pengajaran.
Media merupakan paduan antara
hardware dan software. Software (perangkat lunak) adalah suatu program yang
diisikan pada hardware. Hardware yang telah diisi dengan software atau
perangkat keras yang telah diisi dengan perangkat lunak barulah dapat disebut
media. Media berbeda juga dengan alat peraga. Alat peraga pada hakikatnya hanya
merupakan alat yang berfungsi memvisualkan suatu konsep tertentu saja.
Dilihat dari segi penggunaannya pun
alat peraga berbeda pula dengan alat pelajaran maupun media. Penggunaan alat
peraga dan alat pelajaran seratus persen di tangan guru. Tanpa guru alat peraga
dan alat pelajaran tidak akan ada artinya. Lain halnya dengan media, tanpa
kehadiran guru pun tetap dapat berfungsi sebagai pencipta suasana
belajar.
Dari beberapa uraian di atas, dapat
ditegaskan pula bahwa yang dimaksud dengan alat peraga adalah segala sesuatu
yang dapat digunakan guru dalam proses belajar mengajar dan berfungsi untuk
menyalurkan pesan (message) atau informasi kepada penerimanya (siswa) sehingga
dapat merangsang pikiran, perasaan, dan minat serta perhatian siswa sedemikian
rupa sehingga proses belajar yang efektif terjadi
PELAKSANAAN
PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A.
Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian
serta Pihak yang Membantu
1. Subjek
penelitian
Subyek dalam peniltian ini adalah siswa kelas V SDN ................
Kecamatan ................, Kabupaten ................ jumlah siswa 20
orang. Pertimbangan penulis mengambil subyek penilitiann tersebut dimana siswa
kelas V telah mampu dan memiliki kemandirian dalam mengerjakan tugas seperti
PR, karena siswa kelas V telah mampu membaca dan menulis serta berhitung
yang cukup, selain itu penulis pengajar di kelas V.
2. Tempat
Penelitian
Dalam penilitian ini penulis mengambil lokasi di SDN ................
Kecamatan ................, Kabupaten ................,
Penulis mengambil lokasi atau tempat ini dengan pertimbangan
penulis merupakan guru pada sekolah tersebut, sehingga memudahkan dalam mencari
data, peluang waktu yang luas dan subyek penlitian yang sangat sesuai dengan
profesi penulis.
3. Waktu
Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian mulai 10 April s.d. 17 April 2017.
Waktu dari
perencanaan sampai penulisan laporan hasil penelitian tersebut pada semester 2
Tahun pelajaran .................
4. Kelas dan Mata Pelajaran
Pelaksanaan penelitian dilakukankan di kelas V SDN ................,
Kecamatan ................, Kabupaten ................ pada mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam dengan materi pokok Cahaya dan Sifat-sifatnya.
5. Pihak yang Membantu penelitian
Pihak-pihak yang membantu terlaksanakannya penelitian antara lain:
1.
Bpk. Drs. Suhari, M.Pd. sebagai supervisor 1.
2.
Bpk. Imam Sujono, S.Pd.Kepala SDN ................ dan
supervisor 2
3.
Bpk. Supaat, S.Pd.SD.sebagai teman sejawat
4.
Siswa-siswi SDN ................ khusunya kelas V sebagai
objek yang diteliti.
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Penelitian perbaikan pembelajaran dilaksanakan dengan
langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Prosedur penelitian yang
diterapkan dalam hal ini antara lain :
1. Perencanaan
Meliputi
penyampaian materi pelajaran, latian soal, pembahasan latian soal, tugas
pekerjaan rumah (kegiatan penelitian utama) pembahasan PR, ulangan harian.
2. Tindakan atau pelaksanaan
dan pengamatan yang mencakup :
a. Pra Siklus
b. Siklus I,
meliputi : Pendahuluan, kegiatan pokok dan penutup.
c. Siklus II, meliputi :
Pendahuluan, kegiatan pokok dan penutup.
3. Refleksi, dimana perlu adanya
pembahasan antara siklus-siklus tersebut untuk dapat menentukan kesimpulan atau
hasil dari penelitian.
Dari berbagai
kegiatan setiap Siklus tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
Pra Siklus
1. Perencanaan
Dalam taham perencanaan pra siklus penulis tidak terlalu banyak melakukan
kegiatan lain. Penulis melakukan kegiatan pembelajaran seperti rutinitas dan
prosedur yang ada sesuai RPP pra siklus.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan dalam pra siklus penulis dapat uraikan sebagai
berikut:
a) Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi :
Memahami peta konsep tentang cahaya
b) Kegiatan Inti
1. Eksplorasi
Dalam kegiatan
eksplorasi, guru:
Siswa dapat Membuat suatu karya/model,
misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat
cahaya
Melibatkan peserta didik secara aktif
dalam setiap kegiatan pembelajaran.
2. Elaborasi
Dalam kegiatan
elaborasi, guru:
Membuat
kaca pembesar dari
air
Membuat kaca pembesar dari bohlam
Memfasilitasi
peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan
gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut
Uji
kompetensi
3. Konfirmasi
Dalam
kegiatan konfirmasi:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
c) Penutup
Pekerjaan rumah
3. Pengamatan kegiatan
Penulis melakukan Pengamatan hasil kegiatan bersama dengan supervisor 2
sebagai bahan perbaikan utntuk bahan dasar pelaksanaan Siklus 1.
4. Refleksi
Dari hasil pengamatan yang dilaksanakan bersama supervisor 2, hasil
pembelajaran pada kegiatan pra siklus tidak mendapatkan hasil yang bagus dan
memuaskan. Dimana masih banyak siswa yang tidak mendapatkan nilai diatas KKM,
dari hasil pengamatan tersebut maka penulis melakukan rencana perbaikan
pembelajaran.
Siklus 1
1. Perencanaan
Setelah mengetahui hasil pengamatan dari kegiatan pembelajaran sebelumnya
maka penulis melakukan beberapa hal diantaranya:
1. Membuat Rencana
Perbaikan Pembelajaran,
2. Menyusun
tugas dan lembar kerja siswa,
3. Menyiapkan
alat peraga.
2. Pelaksanaan
a) Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi :
·
Membuka pelajaran dengan salam dan
berdoa
Mengabsen kehadiran siswa
Memahami peta konsep tentang cahaya
Guru bertanya kepada siswa “ Anak-anak coba siapa yang tahu
benda apa saja yang menggunakan lensa?”.
b) Kegiatan Inti
1. Eksplorasi
Dalam kegiatan
eksplorasi, guru:
Guru
menjelaskan tentang Cahaya dan Sifat-sifatnya.
Siswa
memperhatikan penjelasan dari guru tentang cahaya dan sifat-sifatnya.
Guru
menunjukkan benda-benda yang penggunaannya menggunakan prinsip cahaya (kaca
pembesar, priskop, cakram warna)
Siswa
mengamati benda-benda yang ditunjukkan oleh guru.
Guru
menjelaskan pengertian dan kegunaan dari masing-masing benda tersebut.
Siswa
bertanya tentang hubungan cahaya dengan benda-benda tersebut.
Guru
menjelaskan penerapan sifat-sifat cahaya pada benda-benda tersebut.
Guru
menunjukkan contoh karya sederhana dari priskop dan kaca pembesar.
2. Elaborasi
Dalam kegiatan
elaborasi, guru:
Guru
membuat kelompok siswa masing-masing 3-4 orang.
Siswa
berkumpul dan membentuk kelompok masing-masing berdasarkan urutan absensi
(1,2,3) (4,5,6) (dan seterusnya)
Guru menyiapkan alat-alat untuk membuat priskop dan kaca
pembesar.
Guru menjelaskan dan menunjukkan proses pembuatan priskop
dan kaca pembesar.
Siswa
memperhatikan penjelasan tentang proses pembuatan priskop dan kaca pembesar.
Guru menyuruh masing-masing kelompok untuk memilih membuat
priskop atau membuat kaca pembesar.
Kelompok siswa menentukan pilihan untuk membuat priskop atau
kaca pembesar.
Guru membagikan peralatan untuk membuat priskop dan kaca
pembesar kepada masing-masing kelompok.
Siswa
mulai membuat priskop atau kaca pembesar.
Guru berkeliling mengamati kegiatan masing-masing kelompok.
Guru menanyakan tentang kesulitan yang dialami siswa dalam
membuat priskop dan kaca pembesar.
Siswa
menanyakan tentang kesulitan yang dialaminya.
Guru menyuruh masing-masing kelompok untuk mendemonstrasikan
dan memberi penjelasan maupun kesimpulan ke depan kelas.
Kelompok siswa bergantian mendemonstrasikan dan menjelaskan
kegunaan karya yang mereka buat.
Guru membubarkan kelompok dan siswa dikembalikan ke tempat
duduk masing-masing
Guru memberikan soal uji kompetensi.
Siswa
mengerjakan soal yang diberikan guru.
3. Konfirmasi
Dalam kegiatan
konfirmasi, guru:
Guru kembali
melakukan tanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui atau yang kurang dipahami siswa .
Siswa menanyakan hal-hal yang kurang dipahaminya.
Guru menjelaskan kembali hal yang belum dipahami siswa
c) Penutup
Guru mengadakan evaluasi kepada siswa
Guru
menutup pelajaran dengan Doa dan Salam.
3. Pengamatan kegiatan
Penulis melakukan Pengamatan hasil kegiatan bersama dengan supervisor 2
sebagai bahan perbaikan utntuk bahan dasar pelaksanaan Siklus 2.
4. Refleksi
Dari hasil pengamatan yang dilaksanakan bersama supervisor 2, hasil
pembelajaran pada kegiatan siklus 1 belum mendapatkan hasil yang memuaskan.
Dimana masih ada beberapa siswa yang belum mendapatkan nilai diatas KKM, dari
hasil pengamatan tersebut maka penulis melakukan rencana perbaikan pembelajaran
siklus 2.
Siklus 2
1. Perencanaan
Setelah mengetahui hasil pengamatan dari kegiatan pembelajaran pada siklus
1 maka penulis dalam tahap persiapan pada siklus 2 ini melakukan beberapa hal
diantaranya:
1. Membuat
Rencana Perbaikan Pembelajaran,
2. Menyusun
tugas dan lembar kerja siswa,
3. Menyiapkan
alat peraga, dan
4. Menyiapkan
lembar evaluasi siswa.
2. Pelaksanaan
a) Pendahuluan
Apersepsi
dan Motivasi :
Membuka pelajaran dengan salam dan berdoa
Mengabsen kehadiran siswa
Memahami
peta konsep tentang cahaya
Menyampaikan
Indikator Pencapaian Kompetensi dan kompetensi yang diharapkan.
Guru memberikan motivasi kepada siswa ”anak-anak kalian
pasti bisa memahami materi ini asalkan kalian serius memperhatikan penjelasan
dari pak guru”.
Guru bertanya kepada siswa “Anak-anak coba siapa yang tahu
benda apa saja yang menggunakan lensa?”.
b) Kegiatan Inti
1. Eksplorasi
Dalam kegiatan
eksplorasi, guru:
Guru
menjelaskan tentang Cahaya dan Sifat-sifatnya.
Siswa
memperhatikan penjelasan dari guru tentang cahaya dan sifat-sifatnya.
Guru
menunjukkan benda-benda yang penggunaannya menggunakan prinsip cahaya (kaca
pembesar, priskop, cakram warna)
Siswa mengamati benda-benda yang ditunjukkan oleh guru.
Guru menjelaskan pengertian dan kegunaan dari masing-masing
benda tersebut.
Siswa bertanya tentang hubungan cahaya dengan benda-benda
tersebut.
Guru
menjelaskan penerapan sifat-sifat cahaya pada benda-benda tersebut.
Guru
memberi kesempata kepada siswa untuk bertanya tentang hal yang belum dipahami
tentang fungsi dan kegunaan benda-benda tersebut.
Guru
menunjukkan contoh karya sederhana dari priskop dan kaca pembesar.
2. Elaborasi
Dalam kegiatan
elaborasi, guru:
Guru
membuat kelompok siswa masing-masing 3-4 orang.
Siswa berkumpul dan membentuk kelompok masing-masing
berdasarkan urutan absensi (1,2,3) (4,5,6) (dan seterusnya)
Guru menyiapkan alat-alat untuk membuat priskop dan kaca
pembesar.
Guru menjelaskan dan menunjukkan proses pembuatan priskop
dan kaca pembesar.
Siswa memperhatikan penjelasan tentang proses pembuatan
priskop dan kaca pembesar.
Guru menyuruh masing-masing kelompok untuk memilih membuat
priskop atau membuat kaca pembesar.
Kelompok siswa menentukan pilihan untuk membuat priskop atau
kaca pembesar.
Guru membagikan peralatan untuk membuat priskop dan kaca
pembesar kepada masing-masing kelompok.
Siswa mulai membuat priskop atau kaca pembesar.
Guru berkeliling mengamati kegiatan masing-masing kelompok.
Guru menanyakan tentang kesulitan yang dialami siswa dalam
membuat priskop dan kaca pembesar.
Siswa menanyakan tentang kesulitan yang dialaminya.
Guru menyuruh masing-masing kelompok untuk mendemonstrasikan
dan memberi penjelasan maupun kesimpulan ke depan kelas.
Kelompok siswa bergantian mendemonstrasikan dan menjelaskan
kegunaan karya yang mereka buat.
Guru membubarkan kelompok dan siswa dikembalikan ke tempat
duduk masing-masing
Guru memberikan soal uji kompetensi.
Siswa
mengerjakan soal yang diberikan guru.
3. Konfirmasi
Dalam kegiatan
konfirmasi, guru:
Guru kembali melakukan
tanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui atau
yang kurang dipahami siswa .
Siswa
menanyakan hal-hal yang kurang dipahaminya.
Guru memberikan kepada siswa lain untuk menjawab pertanyaan
dari temannya.
Guru bersama
siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan
dan penyimpulan.
c) Penutup
Guru memberikan motivasi untuk memodifikasi hasil rancangan
sehingga menghasilkan karya/model yang terbaik.
Guru memberi motivasi untuk mengulang materi di rumah
3. Pengamatan
kegiatan
Supervisor 1 dan supervisor 2 melakukan pengamatan terhadap jalannya
pembelajaran.
4. Refleksi
Dari hasil pembelajaran siklus 2 ini peneliti berkonsultasi kepada para
supervisor. Dari refleksi dari supervisor pembelajaran dari siklus kedua ini
sudah berjalan dengan baik dan tidak perlu dilanjutkan ke siklus selanjutnya.
Pelaksanaan siklus kedua ini dapat disimpulkan tujuan pembelajaran dapat
tercapai, dimana para siswa sudah mendapat dilai diatas KKM yang ditentukan.
C. Teknik Analisis Data
Dalam tahap ini untuk proses pengumpulan data penulis analisis secara
kuantitatif. Proses analisis data penulis anggap yang paling penting karena
data yang akurat dan efektif akan sangat menentukan tindakan pada penelitian
yang dilakukan. Teknik observasi selain dari pengamatan hasil kegiatan praktik
siswa, juga dengan tes pilihan ganda dan uraian menjadi metode pilihan untuk
mengumpulkan data siswa.
Dari hasil observasi yang telah dilakukan, diketahui dalam tahap pra siklus
hanya 20% siswa yang mampu memahami atau
yang tuntas belajar dalam materi “Cahaya dan sifat-sifatnya”. Dengan data
tersebut penulis harus melakukan penelitian terhadap metode pembelajaran maupun
terhadap suatu objek untuk mencari penyebab rendahnya hasil belajar siswa dan
selanjutnya dilakukan perbaikan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil
Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Deskripsi Pra Siklus
Kegiatan belajar mengajar Ilmu Pengetahuan Alam pada tahap
ini di SDN ................, Kecamatan ................, Kabupaten ................
berjalan kurang baik dan tidak efektif. Ini terlihat dari sikap siswa yang
tidak bersemangat mengikuti pembelajaran yang sedang berlangsung, selain itu
siswa tidak fokus dan aktif dalam pembelajaran. Dan sampai pada akhirnya hasil
kegiatan pembelajaran tidak dapat memenuhi tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Kesimpulan tersebut diperkuat dari hasil evaluasi siswa,
dari 20 siswa kelas V yang mengikuti tes evaluasi hanya 4 siswa yang dapat
memenuhi Kriteria Ketuntasan Mi................al (KKM). Dari data tersebut
dapat disimpulkan bahwa hanya 20% siswa yang mampu memahami atau yang tuntas
belajar dalam materi “Cahaya dan sifat-sifatnya” yang kami sampaikan.
Dari hasil pembelajaran tersebut, penulis melakukan rencana
perbaikan pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi dalam materi
cahaya dan sifat-sifatnya. Dengan metode tersebut diharapkan pembelajaran dapat
berjalan lebih baik dan efektif juga siswa lebih bersemangat dan aktif
mengikuti pembelajaran.
Berikut adalah data hasil kegiatan pembelajaran pra siklus :
Keterangan :
Kriteria Ketuntasan Mi................al
(KKM) : 65
Jumlah siswa tuntas
belajar
: 4 siswa
Jumlah siswa belum tuntas
belajar : 16 siswa
Prosentase
Nilai :
Siswa yang sudah tuntas
: 20%
Siswa yang belum
tuntas : 80%
Deskripsi Siklus 1
Perbaikan pembelajaran siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 13
April 2017, dilaksanakan satu kali pertemuan (2 x
35 menit). Berikut tahapan-tahapan pelaksanaanya.
a) Perencanaan
Dari hasil pengamatan hasil belajar
siswa kelas V SDN ................, Kecamatan ................, Kabupaten ................
mengikuti pembelajaran pra siklus. Dapat diketahui hasil belajar siswa masih
jauh dari tujuan pembelajaran yang diinginkan. Dimana hanya 20% siswa yang
mampu mendapat nilai KKM atu yang tuntas belajar.
Dalam tahap ini peneliti melakukan
pengamatan terhadap kegiatan pra siklus untuk mencari metode pemecahan masalah
untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN .................
b) Pelaksanaan
Sesuai dengan data yang diperoleh
dari pengamatan kegiatan pra siklus, diketahui permasalahannya adalah siswa
terlihat bosan dan kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran IPA dengan Materi
cahaya dan sifat-sifatnya. Maka dari itu penulis melakukan rencana perbaikan
pembelajaran di kelas V SDN ................ dengan metode demonstrasi dengan
harapan hasil belajar siswa dapat meningkat.
Berikut adalah tahap-tahap
pelaksanaan kegiatan siklus 1 :
1. Guru membuka pelajaran dengan berdoa dan
memberi salam kemudian mengabsen kehadiran siswa.
2. Untuk memberi apresiasi guru bertanya kepada
siswa “Anak-anak coba siapa yang tahu benda apa saja yang menggunakan lensa?”.
3. Selanjutnya guru menjelaskan tentang materi
cahaya dan sifat-sifatnya, siswa memperhatikan penjelasan yang disampaikan
guru.
4. Guru menunjukkan benda-benda yang cara kerjanya
menggunakan prinsip cahaya, siswa mengamati benda-benda yang ditunjukkan oleh
guru.
5. Guru menjelaskan pengertian dan kegunaan dari
masing-masing benda tersebut, Siswa bertanya tentang hubungan cahaya dengan
benda-benda tersebut.
6. Guru menjelaskan penerapan sifat-sifat cahaya
pada benda-benda tersebut.
7. Guru menunjukkan contoh karya sederhana dari
priskop dan kaca pembesar.
8. Selanjutnya Guru membuat kelompok siswa
masing-masing 3-4 orang, Siswa berkumpul dan membentuk kelompok masing-masing
berdasarkan urutan absensi (1,2,3) (4,5,6) (dan seterusnya)
9. Guru menyiapkan alat-alat untuk membuat priskop
dan kaca pembesar dan Guru menjelaskan dan menunjukkan proses pembuatannya,
Siswa memperhatikan penjelasan tentang proses pembuatan priskop dan kaca
pembesar.
10. Guru menyuruh masing-masing kelompok untuk
memilih membuat priskop atau membuat kaca pembesar dan Kelompok siswa
menentukan pilihan untuk membuat priskop atau kaca pembesar.
11. Guru membagikan peralatan untuk membuat priskop
dan kaca pembesar kepada masing-masing kelompok, Siswa mulai membuat priskop
atau kaca pembesar.
12. Guru berkeliling mengamati kegiatan
masing-masing kelompok, Guru menanyakan tentang kesulitan yang dialami
siswa dalam membuat priskop dan kaca pembesar, Siswa menanyakan tentang
kesulitan yang dialaminya.
13. Guru menyuruh masing-masing kelompok untuk
mendemonstrasikan dan memberi penjelasan maupun kesimpulan ke depan kelas,
Kelompok siswa bergantian mendemonstrasikan dan menjelaskan kegunaan karya yang
mereka buat.
14. Guru membubarkan kelompok dan siswa
dikembalikan ke tempat duduk masing-masing selanjutnya memberikan soal uji
kompetensi dan Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru.
15. Guru kembali melakukan tanya jawab tentang hal-hal yang
belum diketahui atau yang kurang dipahami siswa dan Siswa menanyakan hal-hal yang kurang dipahaminya
selanjutnya Guru menjelaskan kembali hal yang belum dipahami siswa
16. Guru menutup pelajaran dengan Doa dan Salam.
c) Observasi
Dalam langkah observasi peneliti
mengumpulkan data-data pengamatan terhadap proses kegiatan yang berlangsung.
Observasi dilakukan untuk mengamati kemajuan siswa dalam mengikuti pembelajaran
yang berlangsung selain itu observasi juga dilakukan terhadap metode dan cara
mengajar yang dilakukan oleh guru yang mengajar. Berikut adalah data-data
observasi dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
Keterangan :
Kriteria Ketuntasan Mi................al
(KKM) : 65
Jumlah siswa tuntas
belajar : 11 siswa
Jumlah siswa belum tuntas
belajar :
9 siswa
Prosentase
Nilai :
Siswa
yang sudah tuntas : 55%
Siswa
yang belum tuntas : 45%
Deskripsi
Siklus 2
Perbaikan pembelajaran siklus 2 dilaksanakan pada tanggal 17
April 2017, dilaksanakan satu kali pertemuan (2 x 35 menit). Berikut
tahapan-tahapan pelaksanaanya.
a) Perencanaan
Dalam tahap ini peneliti melakukan
pengamatan terhadap kegiatan siklus 1 untuk mencari metode pemecahan
masalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN .................
b) Pelaksanaan
Sesuai dengan data yang diperoleh
dari data siklus 1, bahwa hasil yang diperoleh dari pembelajaran siswa sudah
ada kemajuan tetapi masih ada beberapa hal yang harus dikembangkan agar tujuan
kompetensi dapat tercapai.
Dari data siklus 1 dapat diketahui
bahwa minat siswa dalam mengikuti pelajaran belum maksimal. Dalam siklus 2 ini
peneliti diharapkan untuk memberi motivasi lebih untuk meningkatkan minat siswa
mengikuti pelajaran, berikut uraian kegiatan siklus 2 :
1. Guru membuka pelajaran dengan berdoa dan
memberi salam kemudian mengabsen kehadiran siswa.
2. Guru menyampaikan indikator pencapaian
kopetensi yang diharapkan kepada siswa.
3. Guru memberi motivasi kepada siswa ” anak-anak
kalian pasti bisa memahami materi ini asalkan kalian serius memperhatikan
penjelasan dari pak guru”.
4.
Untuk memberi apresiasi guru bertanya kepada siswa “Anak-anak coba siapa yang
tahu benda apa saja yang menggunakan lensa?”.
5. Selanjutnya guru menjelaskan tentang materi
cahaya dan sifat-sifatnya, siswa memperhatikan penjelasan yang disampaikan
guru.
6. Guru menunjukkan benda-benda yang cara kerjanya
menggunakan prinsip cahaya, siswa mengamati benda-benda yang ditunjukkan oleh
guru.
7. Guru menjelaskan pengertian dan kegunaan dari
masing-masing benda tersebut, Siswa bertanya tentang hubungan cahaya dengan benda-benda
tersebut.
8. Guru menjelaskan penerapan sifat-sifat cahaya
pada benda-benda tersebut.
9. Guru menunjukkan contoh karya sederhana dari
priskop dan kaca pembesar.
10. Selanjutnya Guru membuat kelompok siswa
masing-masing 3-4 orang, Siswa berkumpul dan membentuk kelompok masing-masing
berdasarkan urutan absensi (1,2,3) (4,5,6) (dan seterusnya)
11. Guru menyiapkan alat-alat untuk membuat priskop
dan kaca pembesar dan Guru menjelaskan dan menunjukkan proses pembuatannya,
Siswa memperhatikan penjelasan tentang proses pembuatan priskop dan kaca
pembesar.
12. Guru menyuruh masing-masing kelompok untuk
memilih membuat priskop atau membuat kaca pembesar dan Kelompok siswa
menentukan pilihan untuk membuat priskop atau kaca pembesar.
13. Guru membagikan peralatan untuk membuat priskop
dan kaca pembesar kepada masing-masing kelompok, Siswa mulai membuat priskop
atau kaca pembesar.
14. Guru berkeliling mengamati kegiatan
masing-masing kelompok, Guru menanyakan tentang kesulitan yang dialami
siswa dalam membuat priskop dan kaca pembesar, Siswa menanyakan tentang
kesulitan yang dialaminya.
15. Guru menyuruh masing-masing kelompok untuk
mendemonstrasikan dan memberi penjelasan maupun kesimpulan ke depan kelas,
Kelompok siswa bergantian mendemonstrasikan dan menjelaskan kegunaan karya yang
mereka buat.
16. Guru membubarkan kelompok dan siswa
dikembalikan ke tempat duduk masing-masing selanjutnya memberikan soal uji
kompetensi dan Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru.
17. Guru kembali melakukan tanya jawab tentang hal-hal yang
belum diketahui atau yang kurang dipahami siswa dan Siswa menanyakan hal-hal yang kurang dipahaminya
selanjutnya Guru menjelaskan kembali hal yang belum dipahami siswa
18. Guru menutup pelajaran dengan Doa dan Salam.
c) Hasil
kegiatan
Keterangan
:
Kriteria Ketuntasan Mi................al
(KKM) : 65
Jumlah siswa tuntas
belajar : 20 siswa
Jumlah siswa belum tuntas
belajar :
0 siswa
Prosentase
Nilai :
Siswa
yang sudah tuntas : 100%
Siswa
yang belum tuntas : 0%
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Seperti Teori motivasi Maslow (1954)
yang menyatakan menyatakan bahwa:
An attempt to formulate a positive theory of motivation which will satisfy theoretical demands
[while] confirming to known facts (about human behavior), clinical
and observational, as
well as experimental .
Dari teori Maslow tersebut dapat
ditarik pelajaran bahwa setiap peserta didik yang kami teliti juga membutuhkan
kebutuhan dasar (fisiologis), rasa aman (emosional), rasa memiliki (sosial),
status-ego (personal), dan aktualisasi diri (personality). Menurut Maslow,
suatu kebutuhan hanya dapat dipuaskan bila kebutuhan yang pada tingkatan yang
lebih rendah telah terpenuhi, yang diatur dalam suatu hirarki yang disebut
prepotensi. Dengan metode yang penulis lakukan yaitu dengan menggunakan metode
demonstrasi, peserta didik merasa diwakili dan dipenuhi kebutuhan-kebutuhan
tersebut. Dapat dilihat dari hasil belajar siswa dari kegiatan pra siklus, siklus
1, dan siklus 2, dari hasil ketuntasan siswa pada kegiatan pra silkus yang
hanya 20% siswa yang mampu memahami atau
yang tuntas belajar dalam materi “Cahaya dan sifat-sifatnya” yang kami
sampaikan, dan pada akhirya dapat tuntas belajar 100% pada kegiatan belajar
siklus 2. Dari dasar tersebut penulis sebagai peneliti merasa berhasil dan puas
dalam pelaksanaan penelitian yang telah dilakukan di SDN ................
Kecamatan ................ Kabupaten .................
KESIMPULAN
DAN SARAN
A. Simpulan
Dari penelitian perbaikan
pembelajaran yang telah dilakukan, penulis memberi kesimpulan bahwa :
1. Pembelajaran dengan metode kelompok dapat
meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran.
2. Pemberian motivasi dalam awal kegiatan dapat
menumbuhkan minat siswa dalam pembelajaran IPA di SDN .................
3. Dengan metode demonstrasi sisfa dapat lebih
aktif dan kreatif untuk mencari pemecahan masalah yang dihadapi dalam
pembelajaran.
B. Saran
Tindak Lanjut
Dari hasil penelitian ini penulis
dapat memberikan masukan terhadap pembaca maupun dalam kegiatan pendidikan
bahwa :
1. Hal pertama yang harus dilakukan dalam
melaksanakan pelajaran adalah menarik perhatian siswa dan memfokuskan perhatian
siswa terhadap materi yang akan disampaikan.
2. Penggunaan metode yang bervariasi dari guru
dapat membuat siswa lebih aktif dalam mengikuti pelajaran.
3. Dengan metode kelompok guru dapat meningkatkan
pengetahuan siswa secara lebih merata.
4. Dengan metode demonstrasi guru dapat melihat
langsung kemampuan siswa dan dapat meningkatkan rasa tanggung jawab siswa.
5. Diharapkan dari semua pihak khususya dari pihak
sekolah maupun dinas pendidikan dapat memberikan dukungan menciptakan kondisi
belajar yang aktif, kreatif dan menyenangkan supaya tujuan pendidikan yang
diharapkan dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Haryanto. (2011). Macam-macam
Metode Pembelajaran. From
http://belajarpsikologi.com/macam-macam-metode-pembelajaran/, 2017
Rustaman, Nuryani. (2012). Materi
dan Pembelajaran IPA SD.
Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Supriati, Amalia. (2009). Pembelajaran
IPA di SD. Jakarta:
Universitas Terbuka
Wardani, IG.A.K dkk. (2007). Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta; Penerbit Universitas Terbuka.
Wardani, IG.A.K dkk. (2011). Teknik
Menulis Karya Ilmiah. Jakarta; Penerbit Universitas Terbuka.
Wardani, IG.A.K dkk. (2013). Pemantapan
Kemampuan Profesional (PKP).
Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Slamento, 2003, Belajar dan Faktor–Faktor yang Mempengaruhinya, Rineka cipta,
Jakarta
Wardani,I.G.A.K.,Julaeha,S dan
Marsinah.N(2005) “Pemantapan Kemampuan
Profesional” Jakarta. UniversitasTerbuka.
Wardani,I.G.A.K.,Wihardi dan
Nasution.N (2005) “Penelitian Tindakan
Kelas” Jakarta. Universitas Terbuka
No comments:
Post a Comment