ARTIKEL POPULER|KARYA ILMIAH: KARYA ILMIAH PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) IPA KELAS V SEKOLAH DASA (SD)

MY ARTIKEL TOP

Saturday, 31 March 2018

KARYA ILMIAH PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) IPA KELAS V SEKOLAH DASA (SD)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA
MATA PELAJARAN IPA
MATERI  SIFAT MAGNET DAN KEGUNAANNYA
PADA SISWA KELAS V SEMESTER 2
MELALUI METODE EKSPERIMEN
TAHUN PELAJARA 2016/2017
DI SDN ..................... KECAMATAN .....................
KABUPATEN .....................

ABSTRAK
Masih rendahnya pemahaman siswa SDN ..................... pada pembelajaran  IPA materi sifat-sifat magnet dan kegunaannya. Untuk meningkatkan penguasaan siswa terhadap pembelajaran IPA, melalui PTK peneliti melaksanakan kegiatan perbaikan pembelajaran, disamping untuk perbaikan pembelajaran IPA dalam pembahasan mengidentifikasi sifat-sifat-sifat magnet dan kegunaannya.
Penelitian ini berdasarkan permasalahan: Bagaimana penerapan metode eksperimen pada pembelajaran IPA untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap  materi  sifat-sifat magnet dan kegunaannya  pada Siswa Kelas V SDN ..................... Kecamatan ..................... Kabupaten .....................?
Penelitian dilaksanakan dengan menerapkan empat langkah utama berikut: (1) refleksi awal (identifikasi masalah), (2) menyusun perencanaan tindakan, instrumen pengumpulan data, dan kriteria keberhasilan tindakan, (3) menerapkan perencanaan dalam pelaksanaan tindakan, dan (4) mengobservasi atau mengumpulkan data menggunakan instrumen yang sudah disiapkan atau direncanakan.
Subjek yang dijadikan sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas V  di SDN ..................... Kecamatan ..................... Kabupaten ...................... Jumlah murid keseluruhan ada 19 orang.
Berdasarkan hasil pengukuran data siklus II pada penelitian ini diperoleh data bahwa nilai tertinggi yang dicapai siswa mencapai 100 dan ketuntasan belajar naik dari 26,32% (pra-siklus) menjadi 96% (siklus II), setelah menggunakan metode eksperimen

Kata Kunci :     Hasil belajar Siswa, sifat-sifat magnet dan kegunaannya, Metode Eksperimen.

PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang Masalah
Salah satu masalah yang sering dihadapi bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah dilaksanakan oleh pemerintah, antara lain  dengan mengadakan berbagai pelatihan dan kualitas guru, adanya penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat pembelajaran, adanya perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, adanya peningkatan mutu manajemen sekolah, hanya saja dari berbagai indikator yang ada masih belum menunjukkan peningkatan yang memadai.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah NO. 19 Tahun 2005 Bab I Ayat 6, Standar proses pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai kemampuan minimal yang harus dicapai oleh peserta didik setelah tamat mengikuti pendidikan pada jenjang atau satuan pendidikan tertentu, yang selanjutnya disebut dengan standar kelulusan.
Pada dasarnya proses pendidikan berfungsi sebagai alat  untuk mencapai suatu tujuan  pendidikan, yaitu kompetensi yang harus dicapai dalam ikhtiar pendidikan.  Bagaimanapun bagus dan idealnya suatu rumusan kompetensi, akan tetapi pada akhirnya  sangat tergantung pada proses pembelajaran yang dilakukan seorang guru.
Dalam implementasi Standar Proses pendidikan, guru merupakan komponen yang sangat penting, sebab keberhasilan pelaksanaan suatu proses pendidikan sangat tergantung pada guru sebagai ujung tombak. Oleh karena  itu upaya peningkatan kualitas pendidikan dapat dimulai dari pembenahan  kemampuan seorang guru. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki seorang guru adalah  bagaimana merancang sebuah strategi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan atau kompetensi yang akan dicapai, karena kita yakin bahwa tidak semua tujuan bisa dicapai oleh hanya satu strategi tertentu.
Guru sebagai pengelola pembelajaran berperan untuk menciptakan iklim  belajar yang memungkinkan para siswa agar dapat belajar secara nyaman. Melalui  pengelolaan kelas yang baik guru dapat menjaga kelas agar tetap kondusif pada proses belajar siswa.
Beberapa pendekatan pembelajaran memiliki orientasi tertentu yang tujuan akhirnya adalah pemyampaian materi menjadi menarik bagi siswa dan siswa mudah untuk belajar. Misal pendekatan kooperatif  yang memiliki penekanan orientasi pada pengembangan sosial siswa atau kerja sama siswa dalam suatu kelompok, sehingga dengan kolaborasi ide/gagasan antar siswa semakin meningkatkan daya kreativitas siswa.
Perkembangan siswa secara utuh adalah adanya perkembangan siswa yang meliputi seluruh aspek meliputi fisik dan psikis; kognitif, afektif, konatif, dan  psikomotor. Aspek sosial juga perlu menjadi perhatian guru dalam pengembangan potensi siswa. Siswa berkembang harus ideal dalam lingkungannya. Interaksi siswa dengan orang lain dan lingkungannya dapat dikembangkan melalui interaksi pembelajaran yang kondusif. Dalam proses pembelajaran dapat terjadi kolaborasi potensi diri sehingga terjadi proses kematangan diri.
Belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang. Pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan belajar. Seseorang dikatakan belajar bila dalam diri orang itu terjadi proses kegiatan yang mengakibatkan adanya perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku itu terjadi karena adanya usaha dan berlaku dalam waktu yang relatif lama. Proses inipun juga terjadi pada belajar IPA.
Pada dasarnya Pelajaran IPA modern tidak hanya mengaj arkan fakta-fakta seperti  jenis-jenis hewan atau tumbuhan, hukum -hukum ini dan itu. Akan tetapi juga  mengajarkan metode-metode memecahkan masalah yang baik, menganjurkan  sikap yang baik, melatih kemampuan mengambil kesimpulan yang dapat  dipertanggung-jawabkan, melatih bersifat objektif dan tidak terburu-buru untuk  mengambil kesimpulan, melatih bekerja sama dalam kelompok, melatih  menghargai pendapat. Guru tidak lagi ”mengajar IPA” tetapi mendidik anak melalui ”IPA”. IPA ternyata memang banyak mengandung nilai-nilai pendidikan, apabila diajarkan menurut cara yang tepat.
Dalam Iskandar (2001:29) dijelaskan: hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh Piaget dan kawan-kawan mempunyai pengaruh yang sangat besar di dalam pendidikan IPA modern. Tiga gagasan  berikut ini diyakini oleh pakar pendidikan IPA menolong murid tumbuh dalam pemikiran ilmiahnya : (1). Murid sekolah pada semua tahap perkembangan kognitif perlu  untuk berbagi pengalaman  dengan  teman-temannya,  belajar/mempelajari pandangan orang lain; (2). Murid-murid perlu melakukan eksplorasi sifat-sifat fisis berbagai obyek; (3). Disamping mengotak-atik obyek dan mengeksplorasikan sifat-sifatnya,  murid-murid juga harus melakukan operasi mental dengan benda-benda itu; yaitu mereka perlu mengubah obyek atau kejadian, mengorganisasikan hasilnya serta memikirkan operasi-operasi ini sesuai dengan tahap perkembangan kognitifnya.
Pada dasarnya pembelajaran IPA lebih bermanfaat jika materi kegiatan benar-benar dipraktekkan. Siswa akan memperoleh pengalaman belajar yang tidak mudah terlupakan. Kegiatan praktik akan bermanfaat juga unuk membangkitkan rasa ingin tahu (cuiosity) dan menemukan sesuatu (guided discovery) dari apa yang dipelajari siswa. Pembelajaran IPA diharapkan dilakukan melalui kegiatan yang  menyenangkan (joyful learning) dan menantang (challenging).
Untuk belajar IPA dengan menyenangkan tapi bersungguh-sungguh merupakan dorongan belajar untuk mengenal peristiwa yang berdasarkan konsep belajar IPA secara sedehana. Hal ini bisa membuat siswa tidak merasa bahwa mereka sedang belajar.
Melalui belajar IPA dari peristiwa terdekat, akan membuka kesadaran siswa bahwa IPA bukan sesuatu hal yang asing, tetapi sangat dekat dengan kehidupan kita. Jika siswa mempunyai kesadaran yang sama, tanpa kita paksakan tujuan pembelajaran akan tercapai.
Pada umumnya dalam melaksanakan pembelajaran IPA guru hanya terjebak dalam isi materi yang sudah direncanakan sebelumnya, kemudian melaksanakan di kelas-kelas tanpa memperhatikan aspek-aspek yang mendukungnya seperti penggunaan fasilitas belajar (alat peraga). Padahal dengan alat peraga tersebut sangat berguna baik dari sisi guru maupun dari sisi siswa, yaitu memberikan pemahaman atau konsep yang betul.
Salah satu hambatan yang di alami guru dalam pembelajaran  IPA adalah rendahnya tingkat pemahaman siswa dalam mengidentifikasi sifat-sifat magnet dan kegunaannya. Hal ini dikarenakan guru hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab, begitupun dengan media yang digunakan hanya terbatas pada gambar, tanpa adanya alat peraga dan eksperimen secara langsung dari siswa. Hal ini dapat dilihat dari evaluasi kegiatan hasil
pembelajaran IPA kelas V SDN ..................... Kecamatan ..................... Kabupaten .....................  yang telah dilaksanakan  menunjukkan bahwa 5 anak  dari 19  siswa (26,32%) yang berhasil menuntaskan belajarnya, selebihnya 14 anak (73,68%) belum berhasil menuntaskan belajarnya, dengan Standar Ketuntasan Belajar Minimal 70.
Untuk meningkatkan penguasaan siswa terhadap mata pelajaran IPA, melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) peneliti melaksanakan kegiatan perbaikan pembelajaran, disamping untuk perbaikan pembelajaran IPA dalam pembahasan mengidentifikasi sifat-sifat magnet dan kegunaannya. Disini peneliti akan menggunakan metode eksperimen dalam pembelajaran, dikarenakan metode eksperimen dirasa sangat cocok diterapkan pada materi sifat-sifat magnet dan kegunaannya. Dengan harapan penerapan metode eksperimen bisa lebih meningkatkan pemahaman siswa terhadap pembelajaran IPA pada materi sifat-sifat magnet dan kegunaannya.
Dalam Metode Eksperimen atau percobaan pada dasarnya dilakukan agar kita bisa mengetahui kebenaran suatu gejala yang dapat menguji dan mengembangkannya menjadi suatu teori. Adapun kelebihan menggunakan metode eksperimen yaitu : (1) membuat peserta didik percaya pada kebenaran
kesimpulan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku, (2) peserta didik aktif terlibat mengumpulkan fakta informasi atau data yang diperlukan melalui percobaan yang dilakukannya, (3) dapat menggunakan dan melaksanakan prosedur metode ilmiah dan berpikir ilmiah, (4) memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat obyektif, realistis dan menghilangkan verbalisme, dan (5) hasil belajar menjadi kepemilikan peserta didik yang bertahan lama.
Berawal dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, peneliti memberikan judul pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini yakni “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran IPA Materi  Sifat Magnet Dan Kegunaannya Pada Siswa Kelas V Semester 2 Melalui Metode Eksperimen Tahun Pelajara 2016/2017 Di SDN ..................... ..................... .....................

B.   Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimana penerapan metode eksperimen pada pembelajaran IPA untuk meningkatkan hasil belajar siswa terhadap materi sifat-sifat magnet dan kegunaannya pada Siswa Kelas V SDN ..................... Kecamatan  ..................... Kabupaten .....................?”
C.   Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah mendeskripsikan penerapan metode eksperimen pada pembelajaran IPA untuk meningkatkan pemahaman siswa  pada  siswa  kelas V SDN ..................... Kecamatan  ..................... Kabupaten .....................  terhadap materi  sifat-sifat magnet dan kegunaannya.
D.   Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Hasil penelitian mempunyai manfaat yang cukup besar, baik bagi guru, siswa, maupun bagi sekolah.
1.  Bagi guru
Hasil penelitian mempunyai beberapa manfaat, yaitu untuk memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya karena memang sasaran akhir penelitian adalah perbaikan pembelajaran, dapat berkembang secara profesional karena dapat menunjukkan bahwa ia mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya, guru lebih percaya diri karena dapat menemukan kekuatan dan kelemahan dan kemudian mengembangkan altenatif untuk mengatasi kelemahannya, dan guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif mengembangkan pengetahuan dan ketampilan sendiri.
2.  Bagi siswa
Hasil penelitian dapat memperbaiki praktek pembelajaran dengan sasaran akhir memperbaiki proses/hasil belajar siswa dan guru yang melaksanakan penelitian dapat menjadi model bagi para siswa dalam bersikap kritis terhadap hasil belajarnya.
3.  Bagi sekolah
Hasil penelitian dapat membantu sekolah untuk berkembang karena adanya peningkatan/kemajuan pada diri guru dan pendidikan di sekolah.

KAJIAN PUSTAKA
A.  Teori Belajar
Pada dasarnya tujuan setiap program pendidikan adalah meningkatkan belajar, apakah itu belajar tentang keterampilan membaca, belajar menyikapi lingkungan, atau belajar mengetahui hukum-hukum. Hal yang dipelajari sangatlah luas dan dengan rentangan kehidupan yang cukup panjang. Beraneka ragam lembaga dan program pendidikan melakukan usaha-usaha dengan tujuan umum membelajarkan manusia.
Belajar adalah suatu aktifitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaktif lingkungan, yang menghasilkan perubahan dan pengetahuan. Sikap dan kebiasaan belajar berarti reaksi seseorang dan bagaimana reaksi tersebut berulang-ulang terhadap kegiatan belajar. Yang dimaksud sikap adalah suatu disposisi atau keadaan mental di dalam jiwa dan diri seseorang individu untuk bereaksi dalam lingkungannnya. (Koentjaraningrat, 1985:26).
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan kita untuk mendapatkan informasi yang cepat dari berbagai sumber dan tempat. Oleh sebab itu diperlukan kemampuan untuk memperoleh, mengelola serta memanfaatkan informasi untuk bertahan ada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.
Agar belajar itu sukses, maka perlu sikap dan kebiasaan yang benar dan positif yaitu belajar yang efisien. Belajar akan menjadi lebih efektif dan efisien apabila pelajar memperoleh informasi berulang-ulang tentang kemajuan belajar yang telah dicapainya. Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan harus merupakan akhir daripada periode yang cukup panjang. Berapa lama waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaklah merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan proses  nyata, itu terjadi dalam diri seseorang yang sedang mengalami belajar. Jadi yang dimaksud dengan belajar bukan tingkah laku yang nampak, tetapi prosesnya terjadi secara internal dalam diri individu dalam mengusahakan memperoleh hubungan-hubungan baru.
B.  Hakikat IPA
Kata ”IPA” merupakan singkatan kata “Ilmu Pengetahuan Alam”. Kata-kata ”Ilmu Pengetahuan Alam” merupakan terjemahan dari kata-kata Bahasa Inggris ”Natural Science”, secara singkat sering disebut ”Science”. Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam.  Science  artinya ilmu pengetahuan. Jadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Science  secara harfiah dapat disebut sebagai  ilmu tentang alam ini. Ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang  terjadi di alam. Untuk selanjutnya kita akan menggunakan kata IPA sebagai suatu istilah.
Menurut Webster’s (dalam Iskandar,  2001:2)  ”natural science is knowledge concerned with the physical world on its phenomena”, yang artinya Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan   tentang alam dan gejala-gejalanya. Sedangkan menurut Purnells (dalam Iskandar,  2001:2) ”science is the broad fidd of human knowledge, acquied by systematic observation and experimant, and explained by means of rules, laws, principles, theories, and hyphotheses”. Artinya, Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan manusia yang luas yang didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen yang sistematik, serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori dan hipotesis-hipotesis.
IPA tidak hanya dipandang sebagai kumpulan pengetahuan tetapi juga dapat dipandang sebagai suatu metode. Bernal (dalam Sumarsih, 2004:6) berpendapat bahwa IPA dapat dipandang sebagai (1) institusi, (2)  metode, (3) kumpulan pengetahuan, (4) suatu faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan produksi, (5)  salah satu faktor penting yang  mempengaruhi sikap dan pandangan manusia terhadap alam. Khusus IPA sebagai metode, Bernal menjelaskan dalam hal ini terlibat upaya berupa observasi, eksperimen penggunaan alat dan berbagai perhitungan matematik Rom Harre berpendapat (dalam Sumarsih,2004:6), “Science is a collection of well attested theories which explain the pattern and regularities among carefully studied pheno mena”. Bila diterjemahkan secara bebas artinya kira-kira adalah sebagai berikut: IPA adalah kumpulan teori yang telah diuji kebenarannya, yang menjelaskan tentang pola-pola keteraturan dari gejala alam yang diamati secara seksama. Pendapat Harre ini memuat dua hal yang penting yaitu pertama, bahwa IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yaitu berupa teori-teori, kedua, bahwa teori-teori itu berfungsi untuk menjelaskan gejala alam.  Alam ini penuh dengan keragaman, tetapi juga penuh dengan tatanan.
Ilmu Pengetahuan Alam menawarkan cara-cara agar dapat memahami kejadian-kejadian di alam dan agar kita dapat hidup di dalam alam ini. Pengetahuan Alam adalah penyelidikan yang terorganisir untuk  mencari pola atau keteraturan dalam alam. Ilmu Pengetahuan Alam  sebagai produk tidak dapat dipisahkan dan hakikatnya sebagai proses,  sedangkan dalam proses terkandung sikap ilmiah.
1.  Ilmu Pengetahuan Alam sebagai produk
IPA sebagai produk merupakan kumpulan hasil kegiatan empirik dan kegiatan analitik yang  dilakukan oleh para ilmuwan selama berabad-abad. Bentuk IPA sebagai produk adalah fakta -fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan teori-teori IPA. Jika diteliti lebih lanjut maka fakta-fakta merupakan hasil dari kegiatan empirik dalam IPA sedangkan konsep-konsep, prinsip-prinsip dan teori-teori dalam IPA merupakan kegiatan analitik.
Fakta dalam IPA adalah pernyataan-pernyataan tentang benda-benda yang benar-benar ada, atau peristiwa-peristiwa yang betul-betul tejadi dan sudah dikonfirmasi secara obyektif.
Konsep IPA adalah suatu ide yang mempersatukan fakta-fakta IPA. Konsep merupakan penghubung antara fakta-fakta yang ada hubungannya.
Prinsip IPA adalah generalisasi  tentang hubungan diantara konsep-konsep IPA. Prinsip IPA berkisar  analitik sebab  merupakan generalisasi induktif  yang ditarik dari beberapa contoh. Teori IPA merupakan  kerangka yang    lebih luas dari fakta-fakta,  konsep-konsep, dan prinsip-prinsip yang saling berhubungan. Teori ilmiah membantu kita untuk memahami, memprediksi, dan kadang-kadang mengendalikan berbagai gejala alam.
2. Ilmu Pengetahuan Alam Sebagai Proses
IPA tidak hanya merupakan kumpulan-kumpulan pengetahuan tentang benda-benda atau makhluk-makhluk, tetapi IPA juga merupakan cara kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan masalah.
Keterampilan proses IPA atau keterampilan Sains disebut juga keterampilan belajar seumur hidup, sebab keterampilan-keterampilan ini dapat juga dipakai dalam kehidupan sehari-hari dan dalam bidang studi yang lain.
Keterampilan proses IPA adalah  keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuwan diantaranya adalah: mengamati, mengukur, menarik kesimpulan, mengendalikan variabel, merumuskan hipotesis, membuat grafik dan tabel data, membuat definisi operasional, dan merancang eksperimen.
3.  IPA Sebagai Sikap Ilmiah
IPA dapat dikatakan terjadi dari dua unsur: hasil IPA dan cara kerja memperoleh hasil itu. Hasil IPA berupa fakta-fakta seperti hukum-hukum, prinsip-prinsip, klasifikasi, struktur dsb. Cara kerja memperoleh hasil itu disebut sebagai proses  IPA. Dalam proses IPA terkandung cara kerja, sikap dan cara berpikir. IPA tidak hanya fakta, tapi juga proses. 
Dalam memecahkan suatu masalah seorang ilmuwan sering mengambil  sikap tertentu yang memungkinkan usaha mencapai hasil yang diharapkan. Sikap itu dikenal dengan sikap ilm iah. Beberapa ciri sikap ilmiah  itu  adalah  1) obyektif terhadap fakta, 2) tidak tergesa-gesa mengambil  kesimpulan, 3) berhati terbuka, 4) tidak mencampuradukkan fakta dengan pendapat, 5) bersifat hati-hati, dan 6) ingin menyelidiki.
C    Pembelajaran IPA
1.  Tinjauan Tentang Pembelajaran IPA
Ungkapan pembelajaran dipakai karena lebih tepat menggambarkan upaya untuk membangkitkan proses belajar siswa. Pembelajaran lebih menekankan pada bagaimana membelajarkan siswa, bukan pada apa  yang dipelajari siswa.
Pembelajaran dapat didefinisikan perangkat peristiwa yang dirancang untuk memprakarsai, menggiatkan dan mendukung kegiatan belajar siswa. Peristiwa-peristiwa semacam itu pertama-tama direncanakan kemudian disajikan agar mendatangkan efek pada diri pelajar (Gagne, 1985).
Proses  pembelajaran  merupakan suatu inti dari proses pendidikansecara keseluruhan dengan guru sebagai pemegangn peran utama. Proses  pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru  dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar (Usman, 2000 : 4).
Di dalam proses pembelajaran terjadi komunikasi antara peneliti dan siswa. Dalam komunikasi itu peneliti berperan sebagai komunikator yaitu menyampaikan pesan-pesan berupa bahan pelajaran. Melalui proses pembelajaran diharapkan siswa dapat mengetahui, memahami, mengaplikasikan, dan  terampil dalam    memecahkan masalah-masalah yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. 
Ciri-ciri pembelajaran antara lain: (1) mengaktifkan motivasi, (2) memberitahukan tujuan belajar, (3) mengarahkan perhatian, (4) merangsang ingatan, (5) menyelesaikan bimbingan belajar, (6) melancarkan transfer belajar, (7) memperlihatkan penampilan, dan memberikan umpan balik (Gagne, 1985). Di dalam aktifitas pembelajaran, tujuan merupakan landasan untuk mengembangkan alat evaluasi yang akan dipakai untuk mengukur efektifitas pengajaran. Penggunaan tujuan menuntut peneliti untuk: (1) membuat tingkah laku yang akan dibentuk bersifat spesifik, (2) menentukan strategi bagi penyampaiannya, dan (3) menetapkan kriteria untuk mengevaluasi penampilan siswa jika pengajaran telah selesai (Gagne, 1985).
Tujuan pembelajaran pada hakekatnya mengacu kepada hasil pengajaran yang diharapkan. Sebagai hasil pembelajaran yang diharapkan, berarti tujuan pembelajaran ditetapkan lebih dahulu dan berikutnya semua upaya pembelajaran diharapkan untuk mencapai tujuan tersebut.
Tujuan pembelajaran dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu : (1) tujuan umum, dan (2) tujuan khusus.
Tujuan umum adalah pernyataan tentang hasil pengajaran yang diinginkan. Oleh karena itu, tujuan umum akan banyak mempengaruhi strategi pengorganisasian makro. Tujuan khusus adalah pernyataan khusus tentang hasil pembelajaran yang diinginkan. Tujuan ini diacukan pada konstruksi tertentu, apakah itu fakta, konsep, prosedur atau prinsip dari bidang studi. Oleh karena itu tujuan khusus akan banyak mempengaruhi strategi pengorganisasianmikro (TIM MKDK, 1996:42).
Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran  IPA meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran IPA.
2.  Tinjauan Tentang IPA di SD
Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting. Anak-anak memang perlu diberi kesempatan berlatih keterampilan-keterampilan proses IPA, sebab diharapkan mereka dapat berpikir dan memiliki sikap ilmiah. Namun karena struktur kognitif ilmuwan, maka pembelajaran IPA dan keterampilan proses IPA untuk mereka hendaknya dimodifikasi sesuai dengan tahap perkembangan kognitifnya.
Dalam proses pembelajaran guru harus memahami kebutuhan anak  usia SD dan karekteristik cara berpikir anak menurut tahap perkembangan  intelektualnya. Kebutuhan anak usia SD dalam proses pembelajaran adalah  (1)  Beranjak dari hal-hal yang  konkret, (2) Memandang sesuatu yang  dipelajari sebagai suatu keutuhan  terpadu, (3) Melalui proses manipulatif (mengotak-atik mempergunakan tangan), (4) Berkembang mengikuti tahapan secar hirarkis.
Pieget (dalam Samana (2008:3) menyatakan bahwa tahap-tahap perkembangan intelektual anak adalah (1) sensorimotor (0-2 tahun), (2) pra operasional (2-7 tahun),  (3) operasioanal konkret  (6-11 tahun atau    7-12 tahun), (4) operasional formal (11-14 tahun ke atas). Dari pendapat tersebut karakteristik cara berpikir anak usia SD menurut tahap -tahap perkembangan intelektualnya adalah (1) tahap pra operasional (2-7 tahun), (2) tahap operasional konkret (6-11 tahun atau 7-12 tahun), (3) tahap operasional formal (11-14 tahun ke atas).
Adapun karakteristik dari masing-masing tahapan perkembangan intelektual tersebut adalah
a.  Tahap Pra Operasional
1. Anak menilai berdasarkan penglihatan bukan berdasarkan pemikiran.
2. Anak mengelompokkan benda-benda berdasarkan sifat.
3. Anak mulai mengetahui sifat benda, hewan atau makhluk hidup.
4. Anak mempunyai pandangan yang egosentrik.
5. Anak belummempunyai pemahaman konsep.
b.  Tahap Opersioanal Konkret
1.  Anak mulai memandang dunia secara obyektif.
2. Anak memandang unsur-unsur yang merupakan bagian dari sesuatu secara utuh.
3.  Mulai berpikir operasional.
4.  Menggunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda.
5.  Membentuk dan memakai keterhubungan, aturan-aturan, prinsip prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat.
c.  Tahap Operasional Formal
1.  Anak mempergunakan tingkat pemikiran yang lebih tinggi.
2.  Dapat membuat hipotesa, melakukan penyelidikan yang terkendali, dapat menghubungkan antara bukti dan teori.
3.  Anak dapat menggunakan pecahan, perbandingan, dan problematis.
4.  Anak memahami penjelasan yang rumit mencakup rangkaian deduktif dari logika.
Ilmu Pengetahuan Alam untuk anak -anak  didefinisikan oleh Paolo  dan Marten (Iskandar, 2001: 16)  yaitu : (a) Mengamati apa yang terjadi, (b) Mencoba memahami apa yang di amati, (c) Mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan  terjadi, (d) Menguji ramalan-ramalan di bahwa kondisi-kondisi untuk melihat  apakah ramalan tersebut benar. Selanjutnya Paolo dan Marten juga menegaskan bahwa dalam IPA  tercakup juga coba-coba dan melakukan kesalahan, gagal dan mencoba  lagi. Ilmu Pengetahuan Alam tidak menyediakan semua jawaban untuk  masalah yang kita ajukan. Dalam pembelajaran IPA anak-anak dan guru  harus bersikap skeptis sehingga kita selalu siap memodifikasi modelmodel yang kita punyai tentang alam ini sejalan dengan penemuanpenemuan yang kita dapatkan. Selain materi IPA harus dimodifikasi,  keterampilan-keterampilan proses IPA yang akan dilatihkan harus juga disesuaikan dengan perkembangan anak-anak.
Pada penelitian ini materi Pembelajaran IPA yang disajikan adalah tentang Magnet yang dijabarkan sebagai berikut: Gaya magnet berasal dari  magnet. Istilah magnet berasal dari kata “magnesia”.
a) Magnet menarik benda-benda tertentu
Gaya tarik pada magnet mampu menarik benda-benda tertentu, tidak  semua benda dapat ditarik oleh magnet. Benda yang dapat ditarik oleh magnet  adalah benda yang terbuat dari bahan logam tertentu, yaitu besi, nikel, dan kobalt. Jika suatu benda mengandung salah satu dari bahan logam tersebut maka  benda itu dapat ditarik oleh magnet. Benda itu dinamakan benda magnetis. Jadi  benda magnetis adalah benda yang dapat ditarik oleh magnet.  Benda lain tidak dapat ditarik oleh magnet karena tidak mengandung  salah satu dari bahan logam besi, nikel, atau kobalt tersebut. Benda ini  dinamakan benda tidak magnetis atau benda non magnetis.
b) Kekuatan gaya magnet
Gaya magnet mampu menembus penghalang, yaitu benda non magnetis. Gaya tarik magnet masih berpengaruh terhadap benda magnetis di balik  penghalang tersebut, jika penghalang itu terlalu tebal, maka pengaruh magnet  bisa hilang, dengan demikian, kekuatan gaya tarik magnet dipengaruhi oleh  ketebalan penghalang antara magnet dan benda magnetis.  Makin dekat jarak benda ke magnet, maka makin kuat gaya tarik magnet tersebut. 
Gaya tarik magnet ini menyebabkan magnet harus disimpan dengan  hati-hati. Hindarkan magnet dari peralatan elektronika yang rumit, seperti jam, telepon genggam, radio, televisi, komputer, dan lain-lain. Gaya tarik magnet bisa  merusak fungsi benda-benda tersebut.
Kekuatan gaya tarik magnet tidak merata di seluruh sisi atau bagiannya. Gaya magnet terkuat berada di kedua kutubnya. Pada magnet batang, gaya  magnet terkuat berada di kedua ujungnya, yaitu kutub-kutubnya. Jika beberapa  benda magnetis didekatkan magnet, maka benda-benda tersebut cenderung untuk  segera ditarik ke kutub-kutub tersebut.
Daerah tertentu di sekitar magnet yang dipengaruhi oleh gaya tarik  magnet disebut  medan magnet.  Medan inilah yang menyebabkan terbentuknya pola tetentu. Pola tersebut disebut garis-garis gaya magnet. Garis-garis tersebut saling bertemu di ujung kedua kutub magnet. (Haryanto, 2007 : 107)
c) Sifat-sifat dari magnet
Adapun sifat-sifat magnet adalah :
1.  Magnet dapat menarik benda
Sifat-sifat magnet yang pertama adalah magnet dapat menarik benda lain yang berasal dari bahan logam. Akan tetapi tidak semua logam dapat ditarik oleh magnet. Bahan logam yang memiliki daya tarik yang tinggi oleh magnet dalah  besi dan juga baja.
2.  Medan magnet membentuk gaya magnet
Tahukah Anda bahwa gaya magnet tidak hanya berada di kutub-kutubnya. Akan tetapi gaya magnet juga timbul di sekitar magnet. Daerah yang di sekitar magnet  yang memiliki gaya magnet disebut juga medan magnet.
3.  Magnet memiliki dua kutub
Sifat-sifat magnet selanjutnya adalah magnet memiliki dua kutub, yaitu kutub utara dan kutub selatan.
4.  Kutub magnet tidak sesama tarik menarik dan sesama akan menolak
Sama halnya dengan gaya listrik, gaya magnet juga berupa tarikan dan tolakan. Jika kutub yang sama didekatkan maka akan saling tolak-menolak dan jika kutub yang berbeda yaitu utara dan selatan di dekatkan maka akan saling tarik menarik.
5.  Sifat-sifat magnet dapat hilang
Sifat-sifat magnet akan hilang atau mlemah karena beberapa penyebab, seperti terbakar, jatuh secara terus menerus dan lainnya.
d)         Magnet memiliki dua kutub
Magnet memiliki dua kutub. Jika magnet bisa bergerak bebas, maka ada  satu kutub yang menunjuk ke arah utara. Kutub itu dinamakan kutub utara  magnet, biasanya diberi warna merah atau huruf N (north). Kutub satunya lagi  yang menunjuk ke arah selatan, disebut kutub selatan magnet, biasanya diberi warna biru atau huruf S (south). Sifat inilah yang menjadi prinsip dasar kompas.
Kutub-kutub magnet memiliki sifat yang istimewa. Jika dua kutub magnet  yang senama didekatkan, maka keduanya akan tolak-menolak dan sebaliknya  jika dua kutub magnet yang tidak senama didekatkan, maka keduanya akan tarik-menarik.
e) Kegunaan Magnet
Magnet mempunyai banyak kegunaan. Magnet digunakan pada berbagai  macam alat, mulai dari alat yang sederhana sampai alat yang rumit. Penggunaan alat-alat yang menggunakan magnet dalam kehidupan sehari-hari, misalnya pengunci kotak pensil atau tas, obeng, dan gunting jahit. Demikian pula kompas,  dinamo, lemari es, dan alarm pengaman (mobil atau rumah) juga menggunakan magnet.
Magnet juga digunakan pada alat-alat berat untuk mengangkut benda-benda dari besi. Magnet pada alat berat itu dibuat dengan cara mengalirkan arus listrik. Arus listrik berasal dari dinamo alat berat tersebut. Pada saat mengangkat benda-benda besi, arus listrik disambung, dan pada saat benda-benda  besi  diturunkan (dilepaskan), aliran arus listrik diputuskan.
D.  Media Pengajaran
1.  Pengertian media pengajaran
Menurut Briggs (1970) segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta perangsang peserta didik untuk belajar, buku film/ angka adalah salah satu contoh-contohnya.
Menurut Gagris dan Reiser (1983) sebagai alat-alat fisik dimana pesan-pesan intruksional dikomunikasikan, jadi seorang instruktur, buku cetak, pertunjukan film atau tape recorder dan lain-lain peralatan fisik yang mengkomunikasikan pesan instruksional dianggap sebagai media.
Menurut Dinje Borman Rumumpul (1986) mengidentifikasikan media pengajaran sebagai alat bantu, hard ware, maupun software yang dipergunakan sebagai media komunikasi dan tujuannya untuk meningkatkan aktifitas belajar mengajar.
2.  Tujuan penggunaan media pengajaran.
Penggunaan media pengajaran bertujuan untuk: (a) membantu menyampaikan pesan-pesan secara lebih mudah kepada peserta didik sehingga peserta didik dapat menguasai pesan-pesan tersebut secara akurat dan cepat, dan (b) agar yang terlibat dalam kegiatan belajar itu terhindar dari verbalisme yakni mengetahui kata-kata yang disampaikan guru tetapi tidak memahami arti atau maknanya.
3.  Fungsi media pengajaran.
Fungsi media pengajaran antara lain: (a) sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif, (b) bagian intergral dari keseluruhan situasi mengajar, (c) meletakkan dasar-dasar yang kongkrit dan konsep yang abstrak sehingga dapat mengurangi pemahaman yang bersifat verbalisme, dan (d) membangkitkan motivasi belajar peserta didik.
4.  Kekuatan media benda asli sebagai media pengajaran
Kekuatan media benda asli sebagai media pengajaran antara lain: (a) benda asli memberi pengalaman yang sangat berharga dan berharga karena langsung dalam dunia sebenarnya, (b) benda asli memiliki ingatan yang tahan lama dan sulit dilupakan, (c) benda asli memiliki ingatan yang tahan lama dan sulit dilupakan, (d) pengalaman nyata membentuk sikap mental dan emosional yang positif terhadap hidup dan kehidupan, (e) benda  asli dan model dapat dikumpulkan dan dicari, serta (f) benda asli dapat dikoleksi orang
E.  Metode Eksperimen
1.  Pengertian Metode Eksperimen
Eksperimen atau percobaan adalah salah satu tuntutan dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi agar menghasilkan suatu produk yang dapat dinikmati oleh masyarakat secara aman menurut (Mulyan Sumantri, 2002 hal 157). Eksperimen dilakukan agar diketahui kebenaran suatu gejala yang dapat menguji dan mengembangkannya menjadi suatu teori. Kegiatan eksperimen yang dilakukan peserta usia sekolah dasar merupakan kesempatan mereka melakukan suatu eksplorasi, mereka akan memperoleh pengalaman peneliti yang dapat mendorong mereka mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri, berfikir ilmiah, dan rasional serta lebih lanjut pengalamannya itu berkembang di masa datang.
Metode Eksperimen atau percobaan di artikan sebagai cara belajar mengajar yang melibatkan peserta didik dengan mengalami dan menemukan sendiri proses dan hasil percobaan itu.
2.  Tujuan Metode Eksperimen
Tujuan dari penggunaan metode Eksperimen antara lain: (1) agar peserta didik mampu menyimpulkan fakta-fakta informasi atau data yang diperoleh, (2) melatih peserta didik merancang, mempersiapkan, melaksanakan dan melaporkan percobaan, dan (3) melatih peserta didik menggunakan logika berpikir induktif untuk menarik kesimpulan dari fakta, informasi atau data yang terkumpul melalui percobaan
3.  Alasan Penggunaan Metode Eksperimen.
Alasan penggunaan metode eksperimen adalah untuk: (1) memberi kesempatan kepada peserta didik agar dapat mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, menganalisis membutuhkan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu obyek, keadaan suatu proses sesuatu, dan (2) untuk menumbuhkan cara berfikir rasional dan ilmiah.
4.  Kelebihan dan Kekurangan Metode Eksperimen
Kelebihan menggunakan metode eksperimen adalah: (1) membuat peserta didik percaya pada kebenaran kesimpulan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku, (2) peserta didik aktif terlibat  mengumpulkan fakta informasi atau data yang diperlukan melalui percobaan yang dilakukannya, (3) dapat menggunakan dan melaksanakan prosedur metode ilmiah dan berpikir ilmiah, (4) memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat obyektif, realistis dan menghilangkan verbalisme, dan (5) hasil belajar menjadi kepemilikan peserta didik yang bertahan lama.
Disamping memiliki kelebihan, penggunaan metode eksperimen juga memiliki kelemahan, diantaranya : (1) memerlukan peralatan percobaan yang komplit, (2) dapat menghambat laju pelajaran karena eksperimen memerlukan waktu banyak, (3) menimbulkan kesulitan bagi guru dan peserta didik apabila kurang berpengalaman dalam bereksperimen, dan (4) kegagalan dan kesalahan dalam bereksperimen akan berakibat pada kesalahan menyimpulkan.
5. Langkah-langkah merancang dan melaksanakan eksperimen
Menurut (DAB Neison Carin 1993) ada 10 langkah untuk merancang dan melaksanakan eksperimen, yaitu: (1)  Pertanyaan; guru mendorong anak-anak untuk mengajukan pertanyaaan yang dapat di uji yang menarik minat mereka, (2) Hipotesa; ini merupakan pernyataan yang diharapkan sebagai penemuan di dalam eksperimen, (3)  Variabel tergantung; debar jantung merupakan variabel tergantung atau efek yang dapat di amati atau di ukur, (4)  Variabel bebas; jender merupakan variabel bebas, dan ini merupakan satu-satunya perbedaan di antara kedua kelompok eksperimen, (5)  Prosedur; bagaiman caranya agar pertanyaan-pertanyaan di atas terjawab, (6)  Alat-alat dan  bahan; alat-alat bahan apakah yang diperlukan untuk membuktikan sifat-sifat magnet dan kegunaannya, (7) Pengumpulan data; bagaimana anak-anak merekam data dengan baik dan mempergunakan diagnosa untuk keperluan itu, (8) Pengujian hipotesis; peneliti menguji hasil eksperimen dengan hipotesis mereka apakah data yang direkam sesuai atau tidak sesuai dengan hipotesis?, (9) Penyimpulan; apa yang dapat kita pelajari dari eksperimen? Pertanyaan-pertanyaan manakah yang belum terjawab?
Melalui eksperimen, mengkomunikasikan dan menginterprestasikan hasil eksperimen adalah tujuan yang penting bagi pembelajaran IPA di sekolah dasar.
F.    Tinjauan tentang Pemahaman
1. Definisi Pemahaman
Ada beberapa definisi tentang pemahaman telah diungkapkan oleh para  ahli. Menurut Nana Sudjana,  (1995:24)  pemahaman adalah hasil belajar, misalnya  peserta didik dapat menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri atas apa  yang dibacanya atau didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah  dicontohkan guru dan menggunakan petunjuk pada kasus lain.
Menurut Winkel dan Mukhtar  (Sudaryono, 2012: 44), pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang  dipelajari, yang dinyatakan dengan menguraikan isi pokok dari suatu bacaan  atau mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk yang lain.
Sementara Benjamin S. Bloom (Anas Sudijono, 2009: 50) mengatakan bahwa pemahaman (Comprehension)  adalah kemampuan seseorang untuk mengerti  atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengerti tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa seorang siswa dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal yang dia pelajari dengan menggunakan bahasanya sendiri. Akan lebih baik lagi apabila siswa dapat memberikan contoh  atau mensinergikan apa yang dia pelajari dengan permasalahan-permasalahan yang ada di sekitarnya.
Dalam hal ini, siswa dituntut untuk memahami atau mengerti apa yang  diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan, dan dapatmemanfaatkan isinya tanpa keharusan untuk menghubungkan dengan hal-hal  yang lain. Karena kemampuan siswa pada usia SD masih terbatas, tidak harus dituntut untuk dapat mensintesis apa yang dia pelajari.
2. Tingkatan-Tingkatan dalam Pemahaman
Pemahaman merupakan salah satu patokan kompetensi yang dicapai  setelah siswa melakukan kegiatan belajar. Dalam proses pembelajaran, setiap individu siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam memahami apa yang dia pelajari. Ada yang mampu memahami materi secara menyeluruh  dan ada pula yang sama sekali tidak dapat mengambil makna dari apa yang  telah dia pelajari, sehingga yang dicapai hanya sebatas mengetahui. Untuk itulah terdapat tingkatan-tingkatan dalam memahami.
Menurut Daryanto (2008: 106) kemampuan pemahaman berdasarkan  tingkat kepekaan dan derajat penyerapan materi dapat dijabarkan ke dalam tiga tingkatan, yaitu:
a. Menerjemahkan (translation)
Pengertian menerjemahkan bisa diartikan sebagai pengalihan arti  dari  bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain. Dapat juga dari konsepsi  abstrak menjadi suatu model simbolik untuk mempermudah orang mempelajarinya.
b. Menafsirkan (interpretation)
Kemampuan ini lebih luas daripada menerjemahkan, ini adalah kemampuan untuk mengenal dan memahami. Menafsirkan dapat dilakukan  dengan cara menghubungkan pengetahuan yang lalu dengan pengetahuan yang diperoleh berikutnya, menghubungkan antara grafik dengan kondisi yang dijabarkan sebenarnya, serta membedakan yang pokok dan tidak pokok dalam pembahasan.
c. Mengekstrapolasi (extrapolation)
Ekstrapolasi menuntut kemampuan intelektual yang lebih tinggikarena seseorang dituntut untuk bisa melihat sesuatu dibalik yang tertulis.  Membuat ramalan tentang konsekuensi atau memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya.
3. Evaluasi Pemahaman
Pembelajaran sebagai salah satu upaya yang dilakukan untuk membuat  siswa belajar, tentu menuntut adanya kegiatan evaluasi. Penilaian dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan (pemahaman) siswa dalam mencapai tujuan yang ditetapkan dalam pembelajaran.Penilaian pada proses menjadi  hal yang  perlu diprioritaskan oleh seorang guru. Agar penilaian tidak  hanya berorientasi pada hasil, maka evaluasi hasil belajar memiliki sasaran ranah-ranah yang terkandung dalam tujuan yang diklasifikasikan menjadi tiga  ranah, yaitu  (a)  Cognitive Domain (Ranah Kognitif), berisi perilaku-perilaku yang  menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan  keterampilan berpikir.  (b) Affective Domain (Ranah Afektif), berisi perilaku-perilaku yang  menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. (c) Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor), berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik,  berenang, dan mengoperasikan mesin.
Beberapa istilah lain yang juga menggambarkan hal yang sama dengan  ketiga domain tersebut diantaranya seperti yang diungkapkan oleh      Ki Hajar Dewantoro, yaitu: cipta, rasa, dan  karsa. Selain itu, juga dikenal istilah:  penalaran, penghayatan, dan pengamalan. Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara  hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks.
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang berhubungan dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan dan informasi serta pengembangan keterampilan intelektual. Menurut Taksonomi  Bloom (penggolongan) ranah kognitif ada enam tingkatan, yaitu: (1) Pengetahuan, (2) Pemahaman  (Comprehension),  (3) Aplikasi (Application), (4) Analisis (Analysis), (5) Sintesis (Synthesis), (6) Evaluasi (Evaluation).
Ranah afektif berkenaan dengan sikap, terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi. Sedangkan ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan kemampuan bertindak, ada enam aspek yakni gerakan reflek, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.
4.  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemahaman
Pencapaian terhadap tujuan intruksional khusus (TIK) merupakan tolak ukur awal dari keberhasilan suatu pembelajaran. Secara prosedural, siswa dapat dikatakan berhasil dalam belajar ketika mereka dapat mencapai  tujuan pembelajaran yang ditentukan, baik melalui tes-tes yang diberikan guru  secara langsung dengan tanya jawab atau melalui tes sumatif dan tes formatif yang diadakan oleh lembaga pendidikan dengan baik. Kategori baik ini dilihat dengan tingkat ketercapaian KKM. Untuk itu pasti terdapat hal-hal yang melatarbelakangi keberhasilan belajar siswa.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman sekaligus keberhasilan belajar siswa ditinjau dari segi kemampuan pendidikan adalah sebagai berikut:
a. Tujuan
Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Perumusan tujuan akan mempengaruhi kegiatan pengajaran yang dilakukan oleh guru sekaligus mempengaruhi kegiatan belajar siswa. Penulisan  Tujuan Intruksional Khusus (TIK) dinilai sangat penting dalam proses  belajar mengajar,  karena dapat membatasi tugas dan menghilangkan segala kekaburan dan kesulitan  di dalam pembelajaran.  Selain itu TIK juga dapat menjamin dilaksanakannya proses pengukuran dan penilaian yang  tepat dalam menetapkan kualitas dan efektifitas pengalaman belajar siswa serta dapat membantu guru dalam menentukan strategi yang optimal untuk keberhasilan belajar.
b. Guru
Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan pada peserta didik disekolah. Di dalam satu kelas peserta didik satu berbeda dengan lainya, untuk itu setiap individu berbeda pula keberhasilan belajarnya. Dalam keadaan yang demikian ini seorang guru dituntut untuk  memberikan suatu pendekatan atau belajar yang sesuai dengan keadaan peserta didik, sehingga semua peserta didik akan mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
c.  Peserta didik
Peserta didik adalah orang yang dengan sengaja datang ke sekolah  untuk belajar bersama guru dan teman sebayanya. Mereka memiliki latar  belakang yang berbeda, bakat, minat dan potensi yang berbeda pula. Hal ini yang mengakibatkan perbedaan  cara penyerapan materi atau tingkat pemahaman setiap peserta didik.
Dengan demikian dapat  diketahui bahwa peserta didik adalah unsur manusiawi yang mempengaruhi kegiatan belajar mengajar sekaligus hasil belajar atau pemahaman peserta didik.
d. Kegiatan pengajaran
Kegiatan pengajaran adalah proses terjadinya interaksi antara guru  dengan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar. Kegiatan pengajaran ini merujuk pada proses pembelajaran yang diciptakan guru dan sangat dipengaruhi oleh bagaimana keterampilan guru dalam mengolah kelas.
Komponen-komponen tersebut meliputi; pemilihan strategi pembelajaran, penggunaan media dan sumber belajar, pembawaan guru, dan sarana prasarana pendukung.  Sehingga komponen tersebut  akan sangat menentukan kualitas belajar siswa.
e.  Suasana evaluasi
Keadaan kelas yang tenang, aman dan disiplin juga berpengaruh terhadap tingkat pemahaman peserta didik pada materi (soal) ujian yang sedang mereka kerjakan. Hal itu berkaitan dengan konsentrasi dan kenyamanan siswa serta dapat mempengaruhi bagaimana siswa dalam memahami soal,  berarti pula mempengaruhi jawaban yang diberikan siswa. Jika hasil belajar siswa tinggi, maka tingkat keberhasilan proses belajar mengajar akan tinggi pula.
f.  Bahan dan alat evaluasi
Bahan dan alat evaluasi adalah salah satu komponen yang terdapat dalam kurikulum yang digunakan untuk mengukur pemahaman siswa. Alat evaluasi meliputi cara-cara dalam menyajikan bahan evaluasi, misalnya dengan memberikan butir soal bentuk benar-salah (true-false), pilihan ganda (multiple-choice), menjodohkan  (matching), melengkapi (completation), dan essay.
Faktor lain yang mempengaruhi pemahaman atau keberhasilan
belajar siswa adalah sebagai berikut:
a.  Faktor internal (dari diri sendiri)
1. Faktor jasmaniah (fisiologi) meliputi: keadaan panca indera yang sehat tidak mengalami cacat (gangguan) tubuh, sakit atau perkembangan yang tidak sempurna.
2.  Faktor psikologis, meliputi: keintelektualan (kecerdasan), minat,bakat, dan potensi prestasi yang di miliki.
3. Faktor pematangan fisik atau psikis.
b.  Faktor eksternal (dari luar diri)
1. Faktor social meliputi: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan kelompok, dan lingkungan masyarakat.
2.  Faktor budaya meliputi: adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi,dan kesenian.
c.  Faktor lingkungan fisik meliputi: fasilitas rumah dan sekolah.
d.  Faktor lingkungan spiritual (keagamaan).
5.  Cara Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa
Setelah diketahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi pemahaman, maka diketahui pula kalau pemahaman dapat dirubah.
Pemahaman sebagai salah satu  kemampuan manusia yang bersifat  fleksibel. Sehingga pasti ada cara untuk meningkatkannya. Berdasarkan keterangan para ahli, dapat diketahui bahwa cara tersebut merupakan segala upaya perbaikan terhadap keterlaksanaan faktor di atas yang belum berjalan secara maksimal. 
Adapun langkah-langkah yang dapat digunakan dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa antara lain (a)  Memperbaiki Proses Pengajaran: (b). Adanya Kegiatan Bimbingan Belajar: (c)  Menumbuhkan waktu belajar: (d). Pengadaan Umpan Balik (Feedback) dalam Belajar: (e.) Motivasi Belajar: (f). Pengajaran Perbaikan  (Remidial Teaching): (g). Keterampilan mengadakan Variasi.
G.  Penelitian Yang Relevan
Menurut penelitian yang pernah dilakukan  oleh Fitri Chairuna (2008) yang  berjudul “Penerapan Metode eksperimen Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V di SD Negeri .....................” hasil dari penelitian tersebut meningkatnya prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri ..................... yang ditunjukkan dari  hasil nilai rata-rata dan ketuntasan belajar siswa secara klasikal yaitu dengan nilai rata-rata siklus I sebesar 6,85 dan meningkat pada siklus II sebesar 8,0 sedangkan persentase ketuntasan belajar secara klasikal pada siklus I sebesar 60,46% mengalami peningkatan pada proses pembelajaraan pada siklus II yaitu sebesar 90,69%.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh  Budi Kurniawan  (2014) yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran IPA Materi  Sifat Magnet Dan Kegunaannya Pada Siswa Kelas V Semester 2 Melalui Metode Eksperimen Tahun Pelajara 2016/2017 Di SDN ..................... ..................... .....................” bahwa penelitian tersebut menunjukkan hasil belajar siklus I rata-rata 7,125 dengan ketuntasan klasikal 62,5 % meningkat pada siklus II menjadi 8,2 dengan ketuntasan klasikal sebesar 87,5%. Dari analisis data menunjukan pada siklus I data hasil aktivitas guru sebesar 31,5 dengan kategori baik dan meningkat pada siklus II sebesar 35 dengan kategori baik.
Hasil penelitian dari kedua penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa metode eksperimen sangat efektif untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran IPA. Hal itu disebabkan oleh adanya aktifitas siswa yang dapat timbul dengan sendirinya, seperti menyampaikan pendapat, menemukan sendiri materi pembelajaran dengan melakukan percobaan-percobaan, kerjasama, serta dapat menghargai pendapat sesama teman dalam berkelompok dan sebagainya.

PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A.   Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian, pihak yang membantu
1.  Subyek Penelitian
Subjek yang dijadikan sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas V di SDN ..................... Kecamatan ..................... Kabupaten ...................... Jumlah siswa keseluruhan ada 19 orang, terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan.
2.  Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri ..................... Kecamatan ..................... Kabupaten ......................
3.  Waktu Penelitian
Waktu penelitian disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran untuk mata pelajaran  IPA  pada semester 2 Tahun Pelajaran 2016/2017 dengan jadwal sebagai berikut :
a.  Siklus I terdiri atas 1 pertemuan, dilaksanakan (2 x 35 menit) pada tanggal 13 April 2017
b.  Siklus II terdiri atas 1 pertemuan, dilaksanakan (2 x 35 menit) pada tanggal 17 April 2017
4.  Pihak yang Membantu dalam penelitian
a. Bpk. Totok Priyoleksono, M.Sn.  selaku Dosen pembimbing dan supervisor I
b.  Bpk. Suharyanto, S.Pd,MM..selaku Kepala Sekolah SDN ....................., Kecamatan ....................., Kabupaten ......................
c.  Bpk. Imam Sujono, S.Pd. selaku Supervisor II
d.  Mukhamad Rufan, S.Pd.SD. selaku Teman Sejawa/Pengamat dalam penelitian
B.   Desain Prosedur Perbaikan Penelitian Pembelajaran
Penelitian dilaksanakan dengan menerapkan empat langkah utama berikut: (1) refleksi awal (identifikasi masalah), (2) menyusun perencanaan tindakan, instrumen pengumpulan data, dan kriteria keberhasilan tindakan, (3) menerapkan perencanaan dalam pelaksanaan tindakan, dan (4) mengobservasi atau mengumpulkan data menggunakan instrumen yang sudah disiapkan/direncanakan. Setelah itu kembali melakukan refleksi terhadap seluruh proses dan hasil penelitian (Wardani, 2005). Secara rinci langkah kegiatan dapat digambarkan sebagai berikut
1. Prosedur Pelaksanaan Perbaikan Siklus I
a.  Perencanaan
Pada tahap ini direncanakan semua kegiatan yang akan  menunjang kelancaan perbaikan pembelajaran dan pengambilan data. Perencanaan dilakukan oleh peneliti, meliputi hal-hal sebagai berikut : (1) Menyusun Rencana Perbaikan Pembelajaran siklus I berdasarkan hasil refleksi awal terhadap perencanaan, pelaksanaan dan hasil pembelajaan pra-siklus. Rencana Perbaikan Pembelajaran difokuskan pada penggunaan “metode eksperimen“ dalam pembelajaran mengidentifikasi sifat-sifat magnet dan kegunaannya, (2) Merencanakan bahan ajar, media, dan Lembar Kerja Siswa/ LKS, (3)  Menyusun instrument pengumpulan data (lembar pengamatan pelaksanaan eksperimen, angket respon siswa, lembar kelayakan materi eksperimen, dan lembar tes akhir), (4)  Merencanakan aspek-aspek yang akan diamati dan dinilai dari pelaksanaan perbaikan pembelajaran, (5) Menetapkan kriteria keberhasilan pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran. Dalam penelitian ini, perbaikan dianggap berhasil apabila 85% siswa menguasai 70% materi pembelajaran. (Rencana Perbaikan Siklus I selengkapnya pada lampiran).
b. Pelaksanaan
Setelah melalui tahap persiapan, peneliti melakukan pembelajaran sesuai dengan perangkat pembelajaran yang telah dibuat. Peneliti  juga menyiapkan pengamat yaitu supervisor 2 yang bertugas membantu dalam mengumpulkan data selama pembelajaran. Selama proses belajar mengajar, supervisor 2 melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dan keterampilan peneliti dalam mengelola pembelajaran. Di akhir pelaksanaan perbaikan pada siklus I peneliti memberikan tes akhir kepada setiap siswa.
c.  Pengumpulan data
Pada tahap ini peneliti bersama supervisor 2 melakukan pengumpulan data proses dan hasil belajar, untuk selanjutnya diolah, dianalisis, dan diinterpretasi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah:
1) Soal tes hasil belajar
Instrumen ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebagai patokan untuk mengukur kemampuan siswa dan ketuntasan belajar siswa dalam menguasai materi mengidentifikasi sifat-sifat magnet dan kegunaannya. Instrumen ini dibuat oleh peneliti sendiri dikonsultasikan dengan supervisor 2/pengamat. Tes digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran. Tes ini dilakukan di akhir pembelajaran.
2) Angket respon siswa
Instrumen ini digunakan untuk  mengetahui pendapat dan komentar siswa terhadap pembelajaran mengidentifikasi sifat-sifat magnet dan kegunaannya dengan menggunakan metode eksperimen. Angket ini diberikan pada akhir perbaikan pembelajaran siklus I.
3) Lembar Pengamatan Penggunaan Metode Eksperimen
Instrumen ini digunakan mengukur kemampuan peneliti dalam mengelola pembelajaran menggunakan metode eksperimen. Angket ini diisi oleh supervisor 2 dan dilakukan pada waktu proses belajar mengajar berlangsung.
4) Lembar Penilaian Kelayakan Media Pembelajaran
Instrumen ini digunakan mengukur kelayakan media dalam mengelola pembelajaran. Angket ini diisi oleh supervisor 2 dan dilakukan pada waktu proses belajar mengajar berlangsung.
d. Refleksi
Pada tahap ini peneliti merefleksi atau mengevaluasi perbaikan pembelajaran yang telah dilakukan. Hasil refleksi akan dijadikan masukan atau saran untuk perbaikan dalam proses belajar mengajar pada putaran selanjutnya.
2. Prosedur Pelaksanaan Perbaikan Siklus II
a. Perencanaan
Sebelum melakukan penelitian, pada tahap ini peneliti bersama supervisor 2 menyusun rumusan masalah, tujuan serta membuat rencana tindakan. Pada tahap ini direncanakan semua kegiatan yang akan menunjang kelancaran perbaikan pembelajaran dan pengambilan data, yaitu sebagai berikut: (1)  Menyusun program Rencana Perbaikan Pembelajaran siklus II, berdasarkan hasil refleksi perencanaan, pelaksanaan, dan hasil perbaikan pembelajaran siklus I, (2)  Merencanakan bahan ajar, media, dan Lembar Kerja Siswa (LKS), (3)    Menyiapkan instrumen penelitian yang akan digunakan untuk mengumpulkan data (lembar pengamatan penggunaan metode eksperimen, angket respon siswa, lembar penilaian kelayakan media pembelajaran, dan lembar tes akhir), dan (4) Menetapkan aspek-aspek yang akan diamati dan dinilai dari pelaksanaan perbaikan pembelajaran.  (Rencana Perbaikan Siklus II selengkapnya pada lampiran).
b. Pelaksanaan
Setelah melalui tahap persiapan, peneliti melakukan pembelajaran sesuai dengan perangkat pembelajaran yang telah dibuat. Dan juga menyiapkan pengamat yaitu  supervisor 2 yang bertugas membantu dalam mengumpulkan data selama pembelajaran. Selama proses belajar mengajar, supervisor 2 melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dan keterampilan peneliti dalam mengelola pembelajaran. Di akhir pelaksanaan perbaikan pada siklus II peneliti memberikan tes akhir kepada setiap siswa.
c. Pengumpulan data
Pada tahap ini peneliti bersama supervisor 2 melakukan pengumpulan data proses dan hasil belajar, untuk selanjutnya diolah, dianalisis, dan diinterpretasi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah :
1). Soal tes hasil belajar
Instrumen ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebagai patokan untuk mengukur kemampuan siswa dan ketuntasan belajar siswa dalam menguasai materi mengidentifikasi sifat-sifat magnet dan kegunaannya. Instrumen ini dibuat oleh peneliti sendiri kemudian dikonsultasikan dengan supervisor 2/pengamat, soal tes terdiri atas 10 soal uraian. Tes digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran. Tes ini dilakukan di akhir pembelajaran.
2). Angket respon siswa
Instrumen ini digunakan untuk mengetahui pendapat dan komentar siswa terhadap pembelajaran menggunakan metode eksperimen. Angket ini diberikan setelah pembelajaran selesai.
3). Lembar Pengamatan Penggunaan Metode Eksperimen
Instrumen ini digunakan mengukur kemampuan peneliti dalam mengelola pembelajaran menggunakan  metode eksperimen. Angket ini diisi oleh  supervisor 2  dan dilakukan pada waktu proses belajar mengajar berlangsung.
4). Lembar Penilaian Kelayakan Media Pembelajaran
Instrumen ini digunakan untuk mengukur kelayakan media dalam mengelola pembelajaran. Angket ini diisi oleh supervisor 2 dan dilakukan pada waktu proses belajar mengajar berlangsung.
d. Refleksi
Pada tahap ini peneliti dibantu supervisor 2 merefleksi atau mengevaluasi perbaikan pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus II. Hasil refleksi ini dijadikan dasar apakah perbaikan pembelajaran akan dilanjutkan pada siklus selanjutnya atau tidak.
Dalam penelitian ini, perbaikan pembelajaran hanya dilakukan hingga siklus II, karena dari hasil-hasil yang telah dicapai pada siklus II telah menunjukkan hasil yang maksimal dan kriteria ketuntasan belajar yang telah direncanakan dapat dicapai.
C.   Pengolahan, Analisis, dan Interpretasi Data
Sesuai dengan karakteristik PTK (Wardani, 2005), data hasil setiap siklus perbaikan pembelajaran diolah pada setiap selesai pelaksanaan siklus perbaikan. Pengolahan data dilakukan oleh peneliti dibantu oleh supervisor 2.
Pengolahan data dilakukan dengan mentabulasi setiap data sesuai dengan jenis data yang terkumpul. Setelah setiap data diolah dengan teknik tabulasi, kemudian dianalisis untuk mengetahui keberhasilan, kendala, hambatan, dan atau kesulitan yang dihadapi pada setiap pelaksanaan siklus. Analisis data dilakukan bersamaan dengan terkumpulnya setiap data, dari awal penelitian hingga akhir penelitian. Hasil analisis kemudian disajikan dalam bentuk deskripsi, tabulasi, grafik, dan teknik-teknik penyajian data yang bersifat "deskriptif'. (Wardani, 2005)
Pada tahap ini, temuan-temuan penelitian diinterpretasi berdasarkan kerangka teoretik, norma-norma praktis yang disepakati, atau berdasarkan intuisi guru mengenai situasi pembelajaran yang baik. Sehingga diperoleh suatu kerangka referensi yang bisa memberikan makna terhadapnya.
Kerangka referensi ini nantinya dapat digunakan guru untuk melakukan tindakan selanjutnya, dan atau perubahan dan peningkatan kinerja dirinya, kinerja siswa, dan iklim sosial kelas secara keseluruhan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.   Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus untuk mata pelajaran IPA menunjukan adanya kenaikan hasil belajar yang dicapai oleh siswa, demikian juga yang berkaitan dengan aktifitas siswa dan guru, dalam pembelajaran IPA.
2. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Deskripsi persiklus :
1)    Siklus I
a) Rencana Pembelajaran 
*   Menyampaikan tujuan pembelajaran.
·   Menyampaikan topik yang akan dipelajari.
·   Menjelaskan materi tentang sifat-sifat magnet dan kegunaannya.
·      Membimbing siswa dalam diskusi kelas tentang sifat-sifat magnet dan kegunaannya. 
·      Mengadakan tanya jawab.
·      Menyimpulkan pelajaran.
·      Guru mengadakan evaluasi secara tertulis.
b) Pelaksanaan
Penulis mengajar tentang Sifat-sifat magnet dan kegunaannya di kelas V SDN ....................., dengan indikator menyebutkan sifat-sifat magnet dan kegunaannya
Dalam proses kegiatan awal penulis menyampaikan tujuan pembelajaran, melakukan apersepsi sesuai dengan materi kemudian menuliskan topik pembelajaran.
Dalam kegiatan inti penulis menyampaikan penjelasan tentang sifat-sifat magnet dan kegunaannya dengan menggunakan metode eksperimen.
c)  Pengamatan
Guru melakukan perbaikan pembelajaran dibantu teman sejawat sebagai observator, pengamat mengamati tindakan yang dilakukan oleh guru dan siswa serta mendata hasil dan kemajuan yang dicapai oleh siswa dengan menggunakan lembar observasi (terlampir).
Adapun hasil pengamatan yang dicatat oleh observator adalah : 
1.      Penggunaan konsep sudah sesuai dengan materi pembelajaran.
2.      Penggunaan metode sudah bervariasi hanya ketika menggunakan metode tanya jawab, pernyataan guru kurang menyeluruh begitu pula ketika berdiskusi dikelas masih ada siswa yang belum aktif mengikuti pelajaran. 
3.      Hasil belajar siswa belum maksimal.
2)    Siklus 2
a) Perencanaan 
1. Tanya jawab untuk mengaitkan konsep sebelum dengan konsep yang akan dipelajari. 
2.  Menjelaskan tentang sifat-sifat magnet dan kegunaannya.
3.  Membimbing siswa memberikan contoh sifat-sifat magnet dan kegunaannya.
4.  Melakukan percobaan untuk menunjukkan perubahan bentuk benda karena adanya sifat-sifat magnet dan kegunaannya.  Membuat kesimpulan hasil percobaan.
5.  Siswa mencatat hasil percobaan dan melakukan Tanya jawab.
6.  Menyimpulkan pembelajaran.
7.  Guru mengadakan evaluasi secara tertulis.
b) Pelaksanaan
Penulis mengajar tentang sifat-sifat magnet dan kegunaannya di kelas V SDN ....................., dengan indikator mendemonstrasikan bahwa sifat-sifat magnet dan kegunaannya, menyimpulkan hasil percobaan, mengkomunikasikan hasil percobaan.
Dalam proses kegiatan belajar mengajar penulis menyampaikan tujuan pembelajaran, melakukan apersepsi sesuai dengan materi kemudian menuliskan topik pembelajaran.
Dalam kegiatan inti penulis menyampaikan penjelasan tentang sifat-sifat magnet dan kegunaannya dengan menggunakan metode eksperimen.
c) Pengamatan.
Hasil pembelajaran RPP 2 yaitu penggunaan metode sudah cukup baik dalam memberikan pertanyaan sudah menyeluruh, ketika berdiskusi semua siswa aktif. Hasil belajar siswa sudah maksimal.
B.   Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Dari deskripsi data di atas dapat dilihat bahwa dari siklus pertama dan kedua menunjukan peningkatan hasil belajar pada pembelajaran IPA tentang sifat-sifat magnet dan kegunaannya.
Kegiatan perbaikan pembelajaran pada siklus I, boleh dikatakan belum berhasil karena beberapa faktor yaitu metode yang diharapkan belum sesuai sehingga mengakibatkan kurang gairah siswa dalam mengikuti pelajaran. Skenario perbaikan pembelajaran masih kurang sempurna sehingga keterlibatan siswa masih kurang.
Kegiatan perbaikan pembelajaran siklus II, baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan kegiatan perbaikan pembelajaran sudah baik, terbukti dari gairah siswa, keterlibatan siswa selama proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan analisis hasil evaluasi pelajaran IPA yang telah dilakukan tampak bahwa penerapan metode eksperimen pada pelajaran IPA tentang sifat-sifat magnet dan kegunaannya dapat meningkatkan pemahaman belajar dan peningkatan hasil belajar siswa.

KESIMPULAN DAN SARAN
A.   Kesimpulan
Berdasarkan temuan di atas, maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut: Penggunaan metode eksperimen dapat meningkatkan pemahaman  siswa dalam mengidentifikasi sifat-sifat magnet dan kegunaannya  pada siswa kelas V  SDN ..................... Kecamatan ..................... Kabupaten .....................
B.   Saran
Berdasarkan temuan penelitian dan simpulan di atas, maka saran peneliti adalah sebagai berikut: (1) Dalam proses belajar mengajar hendaknya menggunakan metode disertai media alat bantu pembelajaran yang tepat (sesuai dengan tuntutan karakteristik materi pelajaran) sehingga mampu membawa siswa mencapai ketuntasan hasil belajar, (2) Media perangkat keras yang sudah tersedia di sekolah, sebaiknya digunakan secara optimal untuk menyampaikan pesan-pesan berpola hasil dari proses belajar, (3) Peneliti harus bisa menciptakan media pengajaran yang sesuai dengan karakteristik materi pelajaran, dan (4) Sekolah juga harus mengusahakan  penyediaan media pengajaran secara maksimal sesuai dengan pengajaran yang ada.

DAFTAR PUSTAKA
Slamento, 2003, Belajar dan Faktor–Faktor yang Mempengaruhinya, Rineka cipta, Jakarta
Wardani,I.G.A.K.,Julaeha,S dan Marsinah.N(2005) “Pemantapan Kemampuan Profesional” Jakarta. UniversitasTerbuka.
Wardani,I.G.A.K.,Wihardi dan Nasution.N (2005) “Penelitian Tindakan Kelas” Jakarta. Universitas Terbuka
Rochiati Wiriaatmadja, Prof. Dr. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas (Untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen). Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.
Wardani, I. G. A. K; Julaeha S; Marsinah N. (2004). Pemantapan Kemampuan Profesional (Panduan). Jakarta : Universitas Terbuka.
Wardani, I. G. A. K; Wihardit, K ; & Nasoetion, N. (2002). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka.
Kasihani, KE & Suyanto,M. A. (1998). Penelitian Tindakan Kelas, Guru Sebagai Peneliti
Yan Piter. (2000). Kompetensi Guru  Dalam Pengelolaan Kelas


Semoga Bermanfaat

No comments:

Post a Comment